Dapatkan info terbaru gratis
Cukup daftar ke Americas politics & policy myFT Digest—langsung dikirim ke email kamu.
Senator oposisi Kolombia dan calon presiden Miguel Uribe Turbay ditembak di Bogotá Sabtu malam. Serangan ini mengejutkan negara yang punya sejarah panjang kekerasan politik.
Uribe Turbay, 39 tahun, baru saja meninggalkan acara kampanye di ibukota yang diadakan partainya, Democratic Centre, ketika "orang bersenjata menembaknya dari belakang," menurut pernyataan partai.
Saksi bilang ke koran lokal El Tiempo bahwa Uribe sedang pamitan saat seorang pria di motor menembak tiga kali. Satu tembakan kena kepala, satu lagi di dada. Wali kota Bogotá, Carlos Galán, bilang penembak sudah ditangkap.
Politikus konservatif ini, yang Oktober lalu umumkan mau ikut pemilu tahun depan, sudah dibawa ke klinik di ibukota, kata media lokal. Pihak berwajib belum kasih komentar soal kondisi Uribe.
Video di media sosial setelah serangan tunjukkan kerumunan panik dan Uribe berlumuran darah di kepala dan punggung.
Kantor presiden Kolombia, Gustavo Petro, pemimpin kiri pertama negara itu, keluarkan pernyataan yang "keras" mengutuk serangan dan minta penyelidikan.
"Kekerasan ini bukan cuma serangan ke keamanan pribadi senator, tapi juga demokrasi, kebebasan berpikir, dan politik di Kolombia," bunyi pernyataan itu.
Uribe Turbay, pakai dasi biru di tengah, merayakan usai menolak referendum reformasi tenaga kerja pemerintah bulan Mei © AP
Serangan ke Uribe guncang Kolombia, negara yang puluhan tahun berkonflik dengan gerilyawan kiri, kelompok paramiliter kanan (yang udah bubar), dan geng kriminal.
Kekerasan politik paling parah di tahun 1990-an, saat tiga calon presiden dibunuh saat kampanye 1990. Tahun 1991, ibu Uribe, wartawan Diana Turbay, tewas dalam operasi penyelamatan setelah diculik kartel narkoba Pablo Escobar. Dia cucu mantan presiden Julio César Turbay.
Meski konflik masih ada di pedesaan, kota-kota besar jadi jauh lebih aman di abad ini. Banyak yang kira kekerasan di tingkat atas politik Kolombia udah jadi masa lalu.
Tapi, 48 jam sebelum ditembak, Uribe peringatkan soal naiknya kekerasan. "Mereka tarik kita kembali ke masa lalu yang penuh kekerasan," katanya di konferensi perbankan Kamis. "Tanpa keamanan, tidak ada apa-apa."
Serangan kejutan ke Uribe juga terjadi di tengah ketegangan politik Kolombia. Petro sering serang politisi oposisi—termasuk Uribe—karena menghalangi agenda reformasinya. Dia juga bilang elit bayangan mau lakukan "kudeta lembut" ke pemerintahannya.
Mantan menteri luar negeri Petro, Álvaro Leyva, minta presiden kurangi retorikanya dalam surat terbuka April lalu. Dia juga sebut mantan bosnya itu pecandu narkoba.
María José Pizarro, senator dari partai Petro, Historic Pact, yang ayahnya (Carlos Pizarro) dibunuh tahun 1990 saat kampanye, minta pertemuan darurat partai politik untuk "sepakat soal langkah pertahankan demokrasi."
"Aku anak calon presiden yang dibunuh tahun 1990. Sejarah tidak boleh terulang," tulis Pizarro di X.