Oleh Haripriya Suresh
NEW DELHI (Reuters) – Memasang biaya tahunan baru sebesar $100,000 untuk aplikasi visa H-1B bisa mengganggu operasional global perusahaan jasa teknologi India yang mengirim profesional terampil ke Amerika Serikat, kata badan industri TI India, Nasscom, pada hari Sabtu.
Gedung Putih mengumumkan biaya baru ini pada hari Jumat, yang membuat beberapa perusahaan teknologi besar AS menasihati pemegang visa untuk tinggal di negara itu atau cepat kembali. Biaya baru ini menandai upaya paling terkenal dari Washington untuk mengubah sistem visa kerja sementara negara mereka.
Nasscom, yang mewakili industri outsourcing TI dan proses bisnis India sebesar $283 miliar, mengatakan peluncuran kebijakan yang mendadak ini akan mempengaruhi warga negara India dan menggangu kelanjutan proyek yang sedang berjalan untuk perusahaan jasa teknologi negara itu.
Badan industri itu mengatakan batas waktu satu hari untuk kebijakan baru ini menciptakan “ketidakpastian yang cukup besar bagi bisnis, profesional, dan pelajar di seluruh dunia.”
Mereka juga mengatakan kebijakan baru ini bisa memiliki “efek berantai” pada ekosistem inovasi AS dan pada pasar kerja global, dan menunjukan bahwa untuk perusahaan, “biaya tambahan akan memerlukan penyesuaian”.
Microsoft, JPMorgan dan Amazon menanggapi pengumuman ini dengan menasihati karyawan yang memegang visa H-1B untuk tetap berada di Amerika Serikat, menurut email internal yang dilihat oleh Reuters.
Sejak menjabat pada bulan Januari, Presiden Donald Trump telah meluncurkan tindakan keras terhadap imigrasi, termasuk upaya untuk membatasi beberapa bentuk imigrasi legal.
(Ditulis oleh Sarita Chaganti Singh; Disunting oleh Hugh Lawson)