Bank of America tetap yakin bahwa Federal Reserve tidak akan menurunkan suku bunga di tahun 2025, meskipun ada laporan pekerjaan yang buruk yang buat pasar spekulasi soal perubahan kebijakan. Alasannya, menurut catatan penelitian baru: ekonomi AS menuju stagflasi—bukan resesi—dan potongan suku bunga bisa bikin campuran buruk ini lebih parah.
Tim BofA, dipimpin ekonom senior Aditya Bhave, sebut dua kebijakan era Trump sebagai faktor utama: pembatasan imigrasi ketat dan tarif impor baru.
Kenapa bukan resesi menurut BofA
Pertama-tama, tim Bhave lihat laporan pekerjaan Juli yang syok Wall Street dengan revisi turun 258.000 pekerjaan untuk Mei dan Juni. Itu yang terbesar kedua dalam sejarah modern di luar masa pandemi, kata perhitungan Goldman Sachs. Tapi strategis BofA bilang ini bukan resesi. Mereka bilang pasar bingung antara resesi dan stagflasi.
Perbedaannya ada di pasokan tenaga kerja, bukan cuma permintaan. Penelitian tunjukkan penurunan tajam tenaga kerja asing—turun 802.000 sejak April—karena kebijakan imigrasi lebih ketat. Ini bikin metrik seperti tingkat pengangguran tetap datar. BofA perkirakan pertumbuhan pekerjaan hanya 70.000 per bulan tahun ini.
Komentar Jerome Powell mendukung interpretasi ini. Bahkan jika pertumbuhan pekerjaan nol, Fed anggap pasar tenaga kerja “penuh” selama pengangguran tidak naik tajam. Di Juli, pengangguran naik sedikit ke 4,25% dari 4,12%.
Ekonom lain tidak setuju. Tim UBS bilang pasar tenaga kerja menunjukkan tanda “stall speed“, dengan jam kerja rata-rata 34,25 jam di Juli—lebih rendah dari 2019. Data juga tunjukkan kehilangan pekerjaan tidak fokus di sektor dengan banyak pekerja imigran.
Sebaliknya, BofA lihat permintaan tenaga kerja tetap kuat, dengan pertumbuhan upah per jam 3,9% dan upah mingguan naik 5,3%.
Perdebatan ini penting karena akan menentukan respon Fed terhadap sinyal stagflasi.
BofA jelaskan dua kebijakan Trump yang bikin pertumbuhan stagnan dan inflasi, mirip tahun 1970-an.
Kebijakan #1: Pembatasan Imigrasi
Perubahan kebijakan imigrasi Trump pelan-pelan bikin pasokan tenaga kerja turun drastis. BofA bilang ini terjadi lebih cepat dari perkiraan. Penurunan tenaga kerja asing lebih besar daripada kenaikan pekerja lokal.
Industri yang bergantung pada pekerja imigran, seperti konstruksi, manufaktur, dan perhotelan, kehilangan banyak pekerja. Tiga sektor ini menyumbang 46.000 dari revisi turun data Mei dan Juni.
“Gaji konstruksi mandek tahun ini, manufaktur turun tiga bulan berturut-turut, dan sektor hiburan hanya tambah 9.000 pekerjaan di Mei dan Juni,” kata BofA.
Ini penting karena sektor hiburan sebelumnya kuat di 2023-24.
Kebijakan #2: Kenaikan Tarif
Pilar kedua stagflasi berasal dari tarif impor baru, terutama barang China. Sejak 4 Juli, tarif efektif AS naik jadi sekitar 15%.
Ekonom BofA peringatkan tarif mulai terlihat di data inflasi: harga barang inti (tidak termasuk mobil) naik 0,53% di Juni, yang tercepat dalam 18 bulan.
Yang penting, inflasi inti PCE masih di atas 2,5%—jauh di atas target Fed. Beberapa presiden Fed regional peringatkan efek tarif bisa sampai 2026.
Risiko untuk Fed: potong suku bunga bisa salah
Pasar perkirakan potongan suku bunga 0,25% di September. Tapi BofA bilang potongan bulan depan berisiko—apalagi jika pasar tenaga kerja ketat karena pasokan, bukan permintaan. Potong suku bunga terlalu cepat bisa rusak kredibilitas Fed jika inflasi malah naik.
Catatan penelitian simpulkan kecuali laporan pekerjaan Agustus tunjukkan kenaikan tajam pengangguran (di atas 4,4%) atau inflasi turun tak terduga, Fed mungkin tidak akan berubah sampai akhir tahun.
Untuk artikel ini, Fortune pakai AI untuk draft awal. Editor memverifikasi keakuratannya sebelum publikasi.
Perkenalkan Fortune Global 500 2025, daftar perusahaan terbesar di dunia. Lihat daftar tahun ini.