Bahrain cuma punya 1,5 juta penduduk. Itu lebih kecil dari banyak kota di dunia, apalagi dibanding negara lain. Luasnya juga cuma sekitar 300 mil persegi.
Tapi ukuran kecil bukan kelemahan, kata Noor Al Khulaif, menteri pembangunan berkelanjutan Bahrain.
“Kami lihat Bahrain sebagai tempat uji coba untuk negara-negara di kawasan ini,” kata Al Khulaif di acara Fortune’s Most Powerful Women summit di Arab Saudi minggu lalu.
Perusahaan yang mau bisnis di GCC (yang termasuk Arab Saudi, Kuwait, UAE, Qatar, Bahrain, dan Oman) pakai Bahrain untuk uji coba.
“Kamu bisa tes ide dulu skala kecil, kalau gagal ya ngga masalah, cuma 1,5 juta orang—ngga terlalu rugi,” katanya. Tapi kalau sukses, bisa dikembangkan ke seluruh kawasan. “Kami anggap Bahrain gerbang masuk ke GCC.”
Al Khulaif, yang juga jadi CEO Bahrain Economic Development Board, bilang ukuran kecil bikin kerja sama lebih mudah.
“Di sini ngga ada pemisahan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,” ujarnya. “Semua bekerja sama sebagai ‘Tim Bahrain’.”
Ini membantu Bahrain sukses diversifikasi ekonomi dari minyak.
“Minyak bahkan bukan sektor terbesar ekonomi kami, udah hampir dua tahun terakhir. Ini hasil perjalanan puluhan tahun,” jelasnya.
Sektor terbesar sekarang jasa keuangan, terutama fintech. Manufaktur, logistik, pariwisata, dan teknologi juga penting.
Bahrain punya hubungan ekonomi erat dengan Arab Saudi, dan belajar melengkapi negara tetangga yang lebih besar itu, yang terhubung via jalan tol laut.
“Kami jadi pusat layanan untuk Saudi,” kata Al Khulaif.
Misalnya kalau Saudi kembangkan manufaktur, Bahrain bisa dukung dengan jadi back office. “Ekonomi kami dan Saudi udah terhubung lama sekali, kami bagian penting dari ekonomi GCC.”
Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com