Gas Alam Selalu Jadi Adik yang Terlupakan Dibanding Minyak Mentah
Gas alam selalu dianggap lebih kecil dibanding minyak mentah yang jadi penggerak industri bahan bakar fosil sejak sumur Drake tahun 1859 di Pennsylvania, yang memulai industri minyak dan gas AS.
Tapi sekarang, dinamikanya berubah—terutama di wilayah Marcellus Shale di Pennsylvania yang kaya gas. Permintaan gas mulai melonjak karena kebutuhan listrik dari pusat data, ekspor LNG yang naik pesat, dan pensiunnya pembangkit batubara tua yang digantikan oleh gas yang lebih bersih.
Banyak produsen gas terkemuka seperti Expand Energy, EQT, Range Resources, dan Antero Resources punya operasi besar di Appalachia. Nilai pasar mereka naik 25%-75% dalam 12 bulan terakhir. Sementara saham berbasis minyak mentah justru turun karena harga lemah dan produksi OPEC yang tinggi.
Dennis Degner, CEO Range Resources, bilang: "Dulu industri gas tergantung musim dingin, tapi sekarang kita bicara soal pusat data dan LNG yang bisa dua kali lipat dalam beberapa tahun. Ini peluang besar untuk bisnis kami."
Wilayah Appalachia—terutama Marcellus dan Utica Shale di Pennsylvania, West Virginia, dan Ohio—menghasilkan lebih dari sepertiga gas nasional. Letaknya dekat dengan pusat data di Virginia dan infrastruktur AI yang akan dibangun di sana.
Permintaan listrik AS diperkirakan naik 25% (2023-2035) dan 60% (2023-2050), terutama karena AI dan pusat data. Ekspor LNG juga akan dua kali lipat pada 2030.
Gabriele Sorbara, analis energi, bilang: "Kondisi gas jauh lebih baik dibanding minyak. Ada banyak peluang besar di depan."
Boom Teknologi di Appalachia
Paul Rady, CEO Antero, memperkirakan permintaan gas naik 25% pada 2030 karena LNG dan pusat data. Padahal, produksi gas AS sudah dua kali lipat sejak 20 tahun lalu.
Produsen gas berencana tingkatkan produksi tanpa banyak tambah biaya. Misalnya, Range Resources mau naikkan produksi 20% pada 2027 dengan hanya dua rig pengeboran—jauh lebih sedikit dibanding Exxon Mobil yang punya 35 rig di Texas.
Masalahnya sekarang adalah seberapa besar dan kenaikan permintaan serta harga gas. Karena itu, perusahaan gas agak hati-hati dalam tingkatkan produksi atau bangun pipa baru.
Meski harga gas turun belakangan karena cuaca dan stok yang penuh, optimisme tetap tinggi.
Range mengirim separuh gasnya ke Teluk AS untuk ekspor LNG, tapi pertumbuhan terbesar sekarang justru datang dari permintaan pusat data lokal.
Bulan Juli lalu, Trump umumkan investasi $92 miliar di Pennsylvania untuk energi dan AI. Range juga kerja sama dengan pengembang industri Imperial Land untuk pasok listrik dari gas ke pusat data.
Pembangkit listrik Homer City di Pennsylvania akan jadi yang terbesar di AS setelah konversi dari batubara ke gas. EQT juga sudah tanda tangan pasok gas ke Homer City dan Shippingport Power Station.
Toby Rice, CEO EQT, bilang: "Pusat data AI akan terus berkembang di sini karena infrastruktur gas yang sudah ada."
Produsen gas terbesar AS sekarang adalah Expand Energy, hasil merger Chesapeake Energy dan Southwestern Energy 10 bulan lalu.
(Note: Ada beberapa kesalahan kecil seperti "dua kali lipat" ditulis "dua kali lipat" dan "Range" kadang tanpa "Resources".) Expand punya kehadiran besar di Appalachia dan juga di Haynesville Shale yang kaya gas di utara Louisiana, dekat pusat LNG.
"Ini waktu yang sangat menarik untuk gas alam," kata CEO Expand Nick Dell’Osso dalam laporan keuangan kuartal kedua. "Orang-orang mulai sadar nilai gas dalam ekonomi, efisiensi yang diciptakan gas untuk pertumbuhan permintaan listrik, yang semuanya terkait dengan ekonomi kita yang tumbuh karena inovasi dari AI."
Para pemain gas semakin yakin mereka tidak akan mengalami boom dan bangkrut. Cadangan di Marcellus cukup untuk puluhan tahun asal tidak berlebihan produksinya.
"Kita bisa melakukan ini selama dekade mendatang, dan sekarang ada permintaan dari pusat data yang sangat bergantung pada keandalan, pengulangan, dan persediaan gas," kata Degner dari Range ke Fortune. Tentu saja, Range unggul dalam ketiga hal itu, tegasnya.