CEO Airbnb, Brian Chesky, punya pertanyaan yang dia suka tanyakan ke pendiri perusahaan: "Kenapa perusahaan kamu pantas untuk ada?" Ini pertanyaan yang bukan tentang pangsa pasar atau investor, tapi tentang perlunya.
Jawaban terbaik yang dia pernah dengar adalah, ‘kalau saya tidak yang melakukannya, tidak ada orang lain yang akan lakukan,’ kata dia ke podcast TBPN.
Ini pertanyaan bagus yang seharusnya lebih banyak CEO—atau yang mau jadi CEO—ditanyain dan tanya ke diri sendiri. Biasanya, pemimpin dinilai dari kemampuan mereka untuk mengembangkan perusahaan, mengelola banyak hal, dan memberi semangat ke karyawan. Tapi itu tidak menjawab pertanyaan yang lebih dalam: Kalau kamu tidak memimpin, apa ada sesuatu yang penting yang akan hilang?
Seperti kata CEO Make-A-Wish, Leslie Motter, menjadi CEO itu bukan hak atau langkah berikutnya di karir—itu adalah tanggung jawab. Dan semakin lama, butuh kejelasan moral, ketahanan, dan rasa wajib yang lebih dari sekedar ambisi.
Pertanyaan Chesky mengubah cara pandang peran CEO seperti yang sering dipahami pendiri: bukan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, tapi sesuatu yang kamu merasa harus dijalankan.
Ini mengingatkan saya pada pembicaraan dengan Elliott Hill dari Nike, yang bilang dia mengejar peran CEO karena dia benar-benar percaya dialah yang bisa kembalikan perusahaan ke pertumbuhan yang tinggi. Begitu juga CEO Red Lobster, Damola Adamolekun, yang terima peran karena percaya dia bisa bantu ciptakan turnaround restoran terbesar. Dalam kedua kasus, alasannya bukan gelarnya. Tapi masalah yang mereka rasa bertanggung jawab secara pribadi untuk selesaikan.
CEO terbaik sering bilang mereka tidak terdorong oleh hak untuk dapat posisi teratas, tapi oleh pengertian bahwa ada pekerjaan yang harus mereka lakukan. Daripada berpikir mereka pantas dapat kursi itu, mereka sadar bahwa kursi itu pantas dapat sesuatu yang hanya mereka bisa beri. Tanpa keyakinan itu, peran CEO bisa jadi hanya pertunjukan kosong.
Cara pikir ini makin penting sekarang. Saat pergantian CEO makin cepat dan kepercayaan pada lembaga menipis, CEO bukan cuma si pembuat strategi atau yang menjalankan operasi. Mereka adalah pembawa alasan organisasi untuk ada.
Catatan Redaksi: Batas waktu untuk mendaftar ke daftar Fortune Next to Lead adalah Senin, 1 Desember 2025. Untuk informasi lebih atau untuk kirim nominasi, daftar disini.
Ruth Umoh
[email protected]
Smarter in seconds
Bold moves. Mantan CFO Grindr tentang mengambil risiko karir di waktu yang tepat.
The unmasking. Marc Benioff telah hancurkan citra CEO yang baik.
Reclaiming relevance. Bisakah Macy’s menang kembali Amerika? Bagaimana CEO-nya berusaha berubah.
Leadership lesson
CEO GSK Emma Walmsley tentang memasuki kantor CEO: "Saya akan menjalaninya dengan hati yang penuh dan berani serta mimpi terbesar yang kamu bisa untuk dampak. Tapi saya akan melakukannya dengan mata terbuka lebar."
News to know
- Ray Dalio bilang AS makin tergantung pada 1% pekerja teknologi teratas sementara 60% terbawah berjuang dengan produktivitas rendah. Fortune
- Perusahaan bertaruh mereka bisa tumbuhkan untung tanpa tambah staff dengan andalkan AI untuk kerjakan lebih banyak. WSJ
- Balroom White House baru senilai $300 juta dibiayai 37 donor privat, termasuk eksekutif Silicon Valley dan investor crypto. Fortune
- Presiden Trump bilang Senin bahwa AS dan China hampir capai kesepakatan dagang dan beri sinyal dia mungkin tanda tangani perjanjian akhir tentang TikTok seawalnya Kamis. CNBC
- Lebih dari satu juta pekerja federal tidak dibayar selama shutdown, membuat banyak cari kerja sampingan dan ke bank makanan. NYT
- Orang super kaya gunakan jet privat bahkan cuci mobil sebagai pengurang pajak, tren yang didorong aturan era Trump. Bloomberg
Ini adalah versi web dari newsletter Fortune Next to Lead, yang tawarkan strategi bagaimana cara sampai ke kantor CEO. Daftar gratis disini.