Ada Hal-Hal dalam Mengajar yang Tak Akan Berubah oleh AI

Tetap update dengan info gratis

Cukup daftar ke Artificial Intelligence myFT Digest—langsung dikirim ke email kamu.

Perkembangan AI adalah salah satu perubahan terbesar dalam cara kita hidup dan bekerja, setidaknya sejak internet ditemukan. AI akan mengubah bagaimana kita menjalani hari-hari. Ia juga akan—dan sudah mulai—mengubah cara kita diatur.

Akibatnya, hampir di setiap negara kaya ada seruan untuk mengajarkan "cara pakai AI" di sekolah atau "masukkan AI ke kurikulum". Atau, ubah cara mengajar dan menilai siswa karena banyak tugas sekolah sekarang bisa dikerjakan AI. Setiap minggu, aku dapat setidaknya satu email dari grup kampanye yang minta hal ini.

Debat ini tentang teknologi baru, tapi sebenarnya bagian dari perdebatan lama di dunia pendidikan: apakah kurikulum sebaiknya fokus pada keterampilan atau pengetahuan? Haruskah sekolah mempersiapkan anak dengan skill masa depan atau memberi mereka dasar pengetahuan yang luas?

Salah satu alasan kurikulum berbasis pengetahuan lebih unggul adalah kita sangat buruk memprediksi masa depan. Bagaimana bisa tidak? Anak yang mulai sekolah di Ohio tahun 1977 tak mungkin tahu bahwa saat lulus, negaranya akan mengalami deindustrialisasi, Perang Dingin berakhir, dan komputer pribadi mulai terjangkau.

Skill apa yang dibutuhkan anak-anak di era AI? Sejarah membuktikan, skill yang dulu dijamin menghasilkan uang ternyata tidak pasti.

Programmer, yang dulu dianggap punya masa depan cerah, sekarang menghadapi lapangan kerja tak pasti. Mereka mungkin tak akan kembali ke posisi aman seperti 5 tahun lalu. Contoh lain, di Alberta yang kaya minyak, tahun 2010-an, pengangguran geolog—yang dulu dianggap pekerjaan stabil—mencapai 50%.

Sebenarnya, perbedaan antara skill dan pengetahuan itu palsu. Seperti kata Daisy Christodoulou, ini seperti bertanya "mana yang lebih penting, bahan atau kue?"

MEMBACA  Apa yang dilakukan oleh seorang analis bisnis?

No More Marking, yang pakai AI untuk mengurangi waktu guru mengoreksi, adalah contoh bagus. Otomatisasi koreksi menghemat waktu, tapi guru tetap butuh pengetahuan untuk memanfaatkan waktu ekstra itu.

Banyak temanku yang kerja di bidang terampil dapat uang dari perbaikan, tapi pelatihan mereka tidak mulai dari pipa bocor atau kabel rusak—tapi dari memahami dasar-dasar pengetahuan. Itulah alasan lain mengapa kurikulum kaya pengetahuan lebih baik: pengetahuanlah yang membuatmu bisa memakai skill dengan baik.

Hal yang sama berlaku untuk AI. Untuk memakai AI dengan efektif, kita butuh pengetahuan dasar supaya bisa menilai apakah jawaban AI tepat. Semakin canggih AI, semakin penting pengetahuan kita karena kita harus bisa menjelaskan mengapa memilih opsi tertentu atau mengapa AI mengambil keputusan tertentu.

Ini bukan berarti AI tidak boleh mengubah kurikulum. Kurikulum di Inggris contohnya: fokus pada pemahaman dasar coding dan cara kerja komputer.

Meski bisa coding mungkin tak berguna di masa depan, memahami cara kerja kode dan komputer akan sangat penting. Kita akan hidup di dunia di mana memahami mengapa AI bertindak tertentu bisa menentukan segalanya, dari kebijakan pemerintah hingga pelayanan yang kita terima.

Kurikulum yang mempersiapkan anak untuk hidup di dunia AI tetap harus mengajarkan pengetahuan tentang teknologi (dan komputer secara umum), bukan sekadar skill tertentu. Kita tidak akan membantu generasi berikut memaksimalkan AI jika tidak mengajarkan mereka cara berpikir sendiri dulu.

[email protected]