Jakarta (ANTARA) – Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan pada Rabu bahwa negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan sangat tertarik untuk meniru pendekatan Indonesia dalam hilirisasi mineral kritis, yang telah terbukti meningkatkan nilai komoditas.
Di sela-sela International Battery Summit di sini, Dindin Wahyudin, staf ahli diplomasi ekonomi kementerian, menjelaskan bahwa negara-negara penghasil mineral kritis di wilayah tersebut ingin mempelajari "keberhasilan Indonesia beralih dari sekadar menjual bahan mentah menjadi meningkatkan keuntungan hingga sepuluh kali lipat melalui pengolahan."
Dia menyebutkan bahwa minat negara-negara Afrika dan Amerika Selatan terhadap kebijakan hilirisasi Indonesia terlihat dari partisipasi mereka dalam Forum Negara Penghasil Mineral Kritis pada Juni 2025.
Forum itu diselenggarakan oleh Kemenlu RI dan dihadiri perwakilan dari negara-negara penghasil mineral, termasuk Argentina, Brasil, Kuba, Vietnam, Kenya, dan Mozambik.
"Karena itu, Kemenlu bersama kementerian lain ingin terus memajukan kesuksesan Indonesia agar semakin dikenal di dunia," kata staf ahli tersebut.
Sementara itu, pejabat kementerian menyatakan bahwa pemerintah sedang menyusun standar pertambangan baru yang mengacu pada tiga pilar pembangunan berkelanjutan: lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
"Sebtor pertambangan sangat terkait dengan faktor ESG, dan kita harus mulai menanganinya sekarang," ujar Wahyudin.
Standarisasi ini akan disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia sekaligus selaras dengan standar internasional yang berlaku, katanya. Proses penyusunannya menjadi tanggung jawab Kementerian ESDM dan KLHK.
"Negara-negara berkembang menunggu kita. Mereka ingin tahu posisi Indonesia dalam hal ESG," tambahnya.
Penerjemah: Putu Indah S, Nabil Ihsan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025