Jakarta (ANTARA) – Transformasi digital dan penggunaan teknologi memainkan peran penting dalam mempercepat pengolahan hilir kelapa sawit di Indonesia, menurut pejabat pertanian senior.
“Transformasi digital bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan,” kata Ardi Praptono, Direktur Perkebunan Kelapa Sawit dan Berbagai Jenis Tanaman di Kementerian Pertanian, pada hari Rabu.
Dia mencatat bahwa digitalisasi menawarkan solusi konkret untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung target negara untuk memproduksi 100 juta ton minyak kelapa sawit pada tahun 2045.
“Digitalisasi juga menciptakan peluang bagi petani, menjadikan industri lebih inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Minyak kelapa sawit tetap menjadi salah satu komoditas pertanian unggulan Indonesia, memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa nasional. Pada tahun 2023, ekspor minyak kelapa sawit mencapai 38,23 juta ton, menghasilkan pendapatan sebesar US$25,61 miliar.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,95 persen pada kuartal ketiga tahun 2024, sementara sektor pertanian dan perkebunan berkembang sebesar 1,69 persen, didorong sebagian oleh kelapa sawit.
Menurut Kementerian Perdagangan, ekspor non-migas Indonesia mencapai total US$181,14 miliar hingga September 2024. Ekspor lemak dan minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit, memberikan kontribusi sebesar US$14,43 miliar bagi ekonomi nasional.
“Dengan potensi yang signifikan seperti itu, industri minyak kelapa sawit memainkan peran penting dalam ekonomi Indonesia,” kata Praptono.
Namun, dia mengakui beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri, termasuk ketidakpastian iklim, adopsi teknologi yang terbatas, dan harga komoditas yang rendah.
“Salah satu isu utamanya adalah bahwa Indonesia, meskipun menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sebagian besar mengekspor bahan baku, yang memiliki nilai jual lebih rendah,” katanya.
“Akibatnya, Indonesia masih kurang berpengaruh dalam menentukan harga minyak kelapa sawit global,” tambahnya.
Untuk mengatasi tantangan ini, Praptono menekankan perlunya kerja sama di antara para pemangku kepentingan dan penggunaan teknologi yang adaptif.
“Digitalisasi untuk industri minyak kelapa sawit yang berkelanjutan relevan dan progresif dalam mengatasi tantangan masa depan industri,” tambahnya.
Berita terkait: Ombudsman mendorong pembentukan Badan Kelapa Sawit Nasional
Berita terkait: Pengolahan hilir kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat: kementerian
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira, Yashinta Difa
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2025