Tragedi Kematian Kambing di Pulung Ponorogo Bukan karena PMK, Ternyata

Senin, 06 Januari 2025 – 12:37 WIB

Peternak memeriksa kondisi kambing peiharaan di kandang miliknya di Pulung, Ponorogo, Jumat (2/1) (ANTARA/HO – Prastyo)

jatim.jpnn.com, PONOROGO – Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dispertahankan) Kabupaten Ponorogo memastikan kematian puluhan kambing di Desa Pomahan, Kecamatan Pulung tak disebabkan penyakit mulut dan kuku (PMK).

Kepala Bidang Peternakan, Kesehatan Hewan, dan Perikanan (PKHP) Dispertahankan Ponorogo drh Siti Barokah mengatakan pihaknya telah melakukan pengambilan sampel terhadap kambing yang mati.

Ternyata, hasil pemeriksaan menunjukkan penyebab kematian ternak tersebut akibat faktor lain.

“Kematian kambing-kambing di Pulung bukan karena PMK. Ini akibat gangguan pencernaan yang disebut bloat tympani, dipicu oleh cuaca ekstrem dan kualitas pakan yang kurang baik,” ungkap Siti, Minggu (5/1).

Dia menjelaskan tingginya curah hujan pada Desember lalu berdampak pada kadar air dalam pakan, terutama rumput basah yang langsung diberikan kepada ternak tanpa proses pelayuan terlebih dahulu.

Kondisi itu menyebabkan gas menumpuk dalam perut kambing yang akhirnya memengaruhi fungsi diafragma, paru-paru, hingga jantung.

“Gas yang terjebak di perut mendesak organ vital, sehingga mengakibatkan kematian mendadak. Kondisinya mirip keracunan,” katanya.

Dispertahankan mencatat pada awal Desember lalu, sebanyak 44 kambing dilaporkan mati. Hingga Januari 2025, jumlahnya meningkat menjadi sekitar 80 ekor, seluruhnya berada di RT 2/2, Dukuh Pohijo, Desa Pomahan.

Puluhan kambing yang tiba-tiba mati di Pulung Ponorogo disebabkan bloat tympani, bukan PMK.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News

MEMBACA  Peta jalan pendidikan Nusantara mendukung sekolah inklusif: kementerian