"Topan Co-May Hantam Filipina, 25 Tewas dan 278 Ribu Mengungsi" (Diformat dengan spasi yang seimbang dan penggunaan tanda baca yang tepat untuk visual yang lebih rapi.)

Jumat, 25 Juli 2025 – 18:38 WIB

Manila, VIVA – Badai tropis menerjang wilayah pegunungan utara Filipina pada Jumat, 25 Juli 2025, memperburuk cuaca ekstrem yang sudah berlangsung lebih dari seminggu. Akibatnya, setidaknya 25 orang meninggal, 278.000 warga terpaksa mengungsi akibat banjir dan tanah longsor, serta 3.000 rumah rusak.

Baca Juga:
Topan Co-May Landa Filipina, Sekolah dan Kantor Pemerintah di 34 Provinsi Ditutup

Badai tersebut, yang dikenal sebagai Topan Co-may, menghantam kota Agno di provinsi Pangasinan pada Kamis malam dengan kecepatan angin maksimal 120 km/jam (74 mph) dan hembusan hingga 165 km/jam (102 mph). Pada Jumat sore, badai melemah menjadi 85 km/jam (53 mph) saat bergerak ke timur laut.

Co-may memperkuat hujan muson yang telah menyebabkan banjir di sebagian besar wilayah negara itu selama lebih dari seminggu.

Baca Juga:
Upaya Pemprov Berhasil, Tiga Minggu Banjir Sayung Akhirnya Surut

Petugas bencana melaporkan setidaknya 25 korban jiwa sejak akhir pekan lalu, sebagian besar disebabkan oleh banjir bandang, pohon tumbang, tanah longsor, dan sengatan listrik. Delapan orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Tidak ada laporan langsung mengenai kematian atau cedera akibat Topan Co-may (disebut lokal sebagai Emong). Ini merupakan gangguan cuaca kelima yang melanda Filipina sejak musim hujan dimulai bulan lalu. Menurut prakiraan, lebih dari selusin badai tropis diperkirakan akan menerpa negara ini hingga akhir tahun.

Pemerintah menutup sekolah di Manila untuk hari ketiga pada Jumat dan menghentikan kegiatan belajar di 35 provinsi di Luzon utara. Lebih dari 80 kota, terutama di Luzon, telah menyatakan status bencana untuk mempercepat bantuan darurat dan membekukan harga kebutuhan pokok seperti beras.

MEMBACA  Penembakan terhadap Trump adalah insiden yang mengejutkan dan menyedihkan: Jokowi

Cuaca buruk telah memaksa 278.000 orang mengungsi ke tempat penampungan atau rumah kerabat. Hampir 3.000 rumah mengalami kerusakan menurut badan bencana pemerintah.

Perjalanan laut dan udara dibatasi di provinsi-provinsi utara yang terdampak badai. Ribuan tentara, polisi, petugas pemadam kebakaran, dan relawan dikerahkan untuk membantu evakuasi warga di desa yang terendam atau terisolasi akibat longsor dan pohon tumbang.

Baca Juga:
Diplomat Kemlu Tewas dengan Kondisi Mengerikan

Amerika Serikat mengumumkan bantuan $250.000 untuk Program Pangan Dunia PBB guna mendukung respons pemerintah Filipina. Duta Besar AS MaryKay Carlson menyatakan keprihatinan atas dampak badai dan banjir.

Presiden Ferdinand Marcos Jr., setelah bertemu dengan Donald Trump di Gedung Putih, mengunjungi pengungsian di Provinsi Rizal untuk menyalurkan bantuan makanan. Ia menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim dan persiapan menghadapi bencana alam yang semakin tak terduga.

Filipina, terletak di antara Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan, dilanda sekitar 20 topan per tahun. Negara ini juga rawan gempa dan memiliki puluhan gunung berapi aktif, menjadikannya salah satu negara paling rentan bencana di dunia.

Halaman Selanjutnya
Cuaca buruk telah memaksa 278.000 orang mengungsi, sementara hampir 3.000 rumah rusak menurut laporan resmi.