Pemerintah Indonesia sedang meninjau sanksi untuk pelanggaran dalam perdagangan karbon di tengah kekhawatiran atas penipuan, kata seorang pejabat lingkungan senior pada hari Minggu.
Kami sedang meninjau beberapa masalah terkait penipuan karbon, ujar Riza Irawan, Deputi Penegakan Hukum di Kementerian Lingkungan Hidup, di Paviliun Indonesia selama COP30 di Belém, Brazil.
Dia mengatakan kementerian akan berkoordinasi dengan Mahkamah Agung mengenai langkah-langkah penegakannya.
Perdagangan karbon masih rentan terhadap manipulasi, yang dapat merusak integritas lingkungan, menyebabkan kerugian finansial, dan mengikis kepercayaan publik, katanya.
Pemerintah memperkuat tata kelola pasar karbon untuk mencegah kejahatan terorganisir dan praktik manipulatif dalam transaksi karbon, tambah Irawan.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan membangun kredibilitas di pasar karbon membutuhkan waktu dan penegakan yang konsisten.
“Membangun integritas dan kredibilitas karbon membutuhkan waktu dan usaha yang cukup lama untuk mendapatkan kepercayaan publik bahwa karbon kita memenuhi standar integritas yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris,” kata Nurofiq.
Indonesia menargetkan hingga 90 juta ton dalam transaksi perdagangan karbon senilai Rp16 triliun (US$929 juta) selama COP30 berlangsung.
Dari tanggal 10 hingga 21 November, sesi “Seller Meet Buyer” diadakan di Paviliun Indonesia untuk menghubungkan penjual, pembeli, dan investor karbon.
Paviliun itu juga memamerkan diplomasi hijau Indonesia dan upaya iklim lintas sektor di bidang kehutanan, energi, industri, dan pengelolaan limbah.
Selama COP30, Indonesia dan Norwegia menandatangani perjanjian perdagangan karbon melalui perusahaan listrik negara PT PLN dan Global Green Growth Institute (GGGI).
Dalam kesepakatan tersebut, GGGI akan membeli 12 juta ton CO2 dari proyek-proyek energi terbarukan PLN.
Nurofiq mengatakan kesepakatan itu menandakan kepercayaan global terhadap pasar karbon Indonesia.
“Mitra internasional kami menunjukkan kepercayaan yang semakin besar terhadap integritas dan kredibilitas karbon kami,” ujarnya.