Minggu, 21 September 2025 – 06:30 WIB
Jakarta, VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 mencapai 464,87 ribu orang. Angka ini meningkat sebanyak 15,8 ribu orang dibandingkan dengan September 2024.
Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, mengatakan bahwa lonjakan harga kebutuhan pokok menjadi penyebab menurunya daya beli masyarakat miskin.
“Meskipun sempat terjadi deflasi pada Januari-Februari 2025, penurunan harga itu disebabkan oleh diskon tarif listrik yang bersifat sementara dan tidak mencerminkan pemulihan daya beli. Ditambah lagi, lonjakan harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadan menyebabkan daya beli masyarakat semakin turun,” ujar Nurul saat dihubungi tvOnenews.com, Sabtu (20/9).
BPS mencatat garis kemiskinan pada Maret 2025 mencapai Rp 852.768 per kapita per bulan. Ini naik 0,79 persen dari September 2024 yang sebesar Rp 846.085 per kapita per bulan.
Komponen terbesar pembentuk garis kemiskinan masih didominasi oleh makanan, yaitu 69,41 persen, sementara non-makanan sebesar 30,59 persen. Beras menjadi penyumbang terbesar dengan 23,99 persen, diikuti rokok kretek filter 13,73 persen, daging ayam ras 7,29 persen, dan telur ayam ras 6,92 persen.
Dari sisi non-makanan, kontribusi terbesar berasal dari perumahan sebesar 40,33 persen, listrik 12,46 persen, pendidikan 8,12 persen, dan bensin 7,77 persen.
Menurut BPS, kondisi ini menunjukkan bahwa beban pengeluaran rumah tangga miskin di Jakarta masih terpusat pada kebutuhan pangan, khususnya beras dan rokok, serta biaya perumahan dan energi di sektor non-pangan.
tvOnenews/Abdul Gani Siregar