Tiga Mantan Budak yang Menjadi Ulama Besar Islam

Jakarta, VIVA – Perbudakan adalah fenomena sosial yang sering terjadi di masa lalu, termasuk juga di masyarakat Arab pada zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.

Meskipun begitu, ajaran Islam justru datang dengan dorongan yang kuat untuk memperlakukan budak dengan cara yang manusiawi dan mendukung penghapusan praktik tersebut. Banyak hukum dalam Islam yang bertujuan untuk memuliakan para hamba sahaya dan membuka jalan bagi kemerdekaan mereka.

Salah satu pesan penting dari Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk berbuat baik kepada budak dan kewajiban untuk memberikan mereka pembelajaran agama. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Siapa saja yang mempunyai budak, maka ia wajib mengajarinya, memperlakukannya dengan baik, dan mengizinkannya untuk menikah. Dengan melakukan itu, ia akan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat nanti” (HR Abu Dawud).

Ajaran ini dilaksanakan langsung oleh para sahabat, salah satunya adalah Muadz bin Jabal. Dia tidak hanya memperlakukan budaknya dengan baik, tapi juga memberikan pendidikan agama secara serius.

Hasil dari bimbingan tersebut akhirnya melahirkan tiga tokoh besar dalam sejarah keilmuan Islam: Mujahid bin Jabar, Atha bin Abu Rabah, dan Thawus bin Kaisan. Ketiganya dikenal luas sebagai ulama yang sangat terkemuka walaupun dulunya mereka berasal dari kalangan budak.

Menurut Syekh Manan Al-Kaththan dalam bukunya Tarikh Tasyri, pendidikan agama sejak usia muda membuat mereka bertiga tumbuh menjadi sosok yang sangat dihormati di kalangan masyarakat Muslim.

Mujahid bin Jabar, yang berasal dari Afrika, dikenal sebagai seorang ulama yang sangat berilmu. Dia bahkan pernah diminta untuk datang ke Mesir oleh Amr bin Ash dengan persetujuan dari Khalifah Umar bin Khattab. Sosok yang berkulit gelap ini sangat dihormati karena ilmu pengetahuannya yang sangat luas. Beliau wafat dalam keadaan sedang sujud pada umur 83 tahun.

MEMBACA  Realisasi Impor Sapi Perah Capai 11.500 Ekor hingga September 2025

Atha bin Abu Rabah juga menjadi seorang ulama besar setelah belajar kepada Muadz bin Jabal dan beberapa sahabat Nabi yang lain, termasuk Abdullah bin Abbas. Setelah mendapatkan kemerdekaannya dari seorang perempuan di Makkah, dia berkelana ke berbagai wilayah untuk memperdalam ilmunya. Atha dikenal sebagai ahli dalam bidang fikih dan tafsir Al-Qur’an. Bahkan, Imam Syafii dalam kitabnya Al-Umm mengutip pemikiran dari ulama yang dulunya adalah seorang budak ini.

Tokoh yang ketiga, Thawus bin Kaisan, berasal dari Yaman. Dia menuntut ilmu dari banyak sahabat Nabi, termasuk Abu Hurairah. Thawus dikenang sebagai seorang yang sangat berhati-hati sekali dalam urusan-urusan dunia.