Jumat, 27 Juni 2025 – 10:05 WIB
Jakarta, VIVA – Hari perayaan 1 Muharam 1447 Hijriah dijadikan momen penting untuk perubahan diri dari segi spiritual, intelektual, dan sosial.
Baca Juga:
Semarakkan Tahun Baru Islam 1447 H, Menag Lepas 1.500 Peserta di CFD Jakarta
Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan hal ini dalam acara peringatan 1 Muharam tingkat kenegaraan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis malam.
"Bagaimana kita memahami hikmah dibalik hijrahnya Rasulullah SAW? Ada hijrah fisik, intelektual, spiritual, juga hijrah dari segi waktu dan prestasi," ujar Menag dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Nasaruddin menjelaskan, hijrah bukan sekadar perpindahan dari Makkah ke Madinah, tapi awal perubahan besar dalam sejarah umat manusia—dari kegelapan menuju peradaban yang terang.
"Apa artinya memperingati Muharam kalau kualitas individu justru menurun?" tambahnya.
Baca Juga:
Menag: Jemaah Haji yang Tak Dapat Makan agar Diberi Uang Pengganti oleh BPKH Limited
Salat Jumat di Masjidil Haram pada 24 Muharam 1445 H/11 Agustus 2023
Menag menyebut, keputusan para sahabat Nabi menjadikan hijrah sebagai awal kalender Islam membuktikan betapa pentingnya momen itu.
"Banyak usulan tentang penanggalan Islam di masa Umar bin Khattab. Sayyidina Ali mengusulkan hijrah Rasulullah SAW, dan para sahabat setuju," jelasnya.
Ia juga menyinggung relevansi hijrah di zaman modern—ajakan untuk terus memperbaiki diri dari stagnasi menuju kemajuan. "Hijrah adalah meninggalkan segala keburukan," tegas Menag.
Acara ini dihadiri para menteri, duta besar, pimpinan ormas Islam, pejabat Kemenag, dan masyarakat umum. (Ant)
"Banyak pilihan yang ditawarkan saat di masa pemerintahan Umar bin Khattab terkait kalender atau penanggalan umat Islam. Lalu Sayyidina Ali mengusulkan agar hijrahnya Rasulullah SAW. Para sahabat pun menyepakati," kata dia.