Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan penyaluran dana pemerintah sebesar Rp200 triliun (sekitar USD 12,2 miliar) ke lima bank milik negara yang tergabung dalam Himbara pada Jumat sore.
“Kemarin, saya janji akan menyuntikan Rp200 triliun ke sektor perbankan. Ini sudah disetujui, dan dananya sudah dibagikan sore ini,” ujar Menteri Sadewa dalam konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, pada hari Jumat.
Kelima bank penerima itu adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Mandiri. Masing-masing mendapat Rp55 triliun. Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) menerima Rp25 triliun, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) mendapat Rp10 triliun.
Sadewa menjelaskan bahwa BSI mendapat alokasi lebih kecil karena skalanya relatif lebih kecil, tetapi tetap dimasukkan karena ini satu-satunya bank yang memiliki akses pembiayaan di Aceh. “Ini memastikan dana juga bisa bermanfaat bagi masyarakat di Aceh,” tambahnya.
Dana tersebut ditempatkan dalam deposit on call konvensional dan syariah tanpa mekanisme lelang. Sadewa menekankan bahwa tidak ada tenor yang ditetapkan, memberikan bank akses likuiditas yang fleksibel.
“Dana pemerintah biasanya disimpan di Bank Indonesia, yang tidak bisa diakses bank. Dengan memindahkan sebagian, bank bisa mendukung perekonomian bahkan jika belanja pemerintah tertunda,” jelasnya.
Tingkat pengembalian ditetapkan sebesar 80,476 persen dari BI Rate. Dia menekankan bahwa dana tersebut tidak boleh digunakan untuk membeli obligasi pemerintah melainkan harus diarahkan ke sektor riil.
Sadewa menyatakan keyakinannya bahwa bank-bank akan menyalurkan dana tersebut untuk penggunaan yang produktif.
“Kalau bank tidak gunakan dananya, mereka harus menaggung biaya 4 persen, jadi mereka akan mikir keras untuk memanfaatkannya,” catatnya.
Dia menyuarakan optimisme bahwa suntikan likuiditas Rp200 triliun ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.