Sebuah survey terhadap pemimpin bisnis dan pengamat ekonomi di Indonesia menemukan kesadaran dan dukungan yang luas untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Banyak yang melihatnya sebagai bantuan untuk keluarga sekaligus investasi sosial jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh SUAR.id, sebuah media berbasis jurnalisme solusi, menunjukkan responden percaya inisiatif ini memberikan manfaat nyata. Misalnya, mengurangi beban keluarga dan menciptakan lapangan kerja lokal.
Menurut pernyataan yang diterima di Jakarta pada Selasa, responden menyadari tujuan program MBG sangat bagus untuk memperbaiki kondisi gizi anak hingga 37,1 persen. Hal ini mempersiapkan masa depan yang lebih baik untuk anak Indonesia.
Sebanyak 25,7 persen responden percaya bahwa dengan menyediakan makanan bergizi di sekolah, program ini juga diharapkan dapat membantu keluarga dalam menyediakan makanan bergizi untuk anak.
Pernyataan ini menunjukan bahwa dunia usaha dan profesional melihat program ini bukan sekadar bantuan makanan, tetapi sebagai investasi sosial jangka panjang untuk menciptakan generasi yang sehat dan produktif.
Di samping manfaat sosial, laporan itu juga menyoroti dampak ekonomi yang luas dari program MBG. Para ahli yang diwawancarai dalam penelitian mengatakan bahwa MBG dapat mendorong berbagai program pemerintah lainnya di sektor pangan, UMKM, dan koperasi.
“Mbak program MBG harus bisa menjadi hub untuk program pemerintah lainnya, dari penyediaan pangan (terutama pangan lokal) hingga penciptaan lapangan kerja, baik melalui pengembangan UMKM maupun koperasi. Karena itu, program MBG memiliki efek pengganda yang signifikan,” kata mereka.
Pandangan ini menunjukkan bahwa program berpotensi menjadi lokomotif bagi ekonomi rakyat, terutama jika dapat menghubungkan petani, UMKM, dan koperasi pangan dalam sebuah ekosistem produksi yang terintegrasi.
Meskipun apresiasi terhadap tujuan program cukup baik, sebagian besar responden mengingatkan pentingnya perbaikan dalam aspek pelaksanaannya.
Sekitar 60 persen responden menekankan pentingnya meningkatkan pemantauan dan evaluasi yang rutin.
“Program MBG harus dipantau dengan ketat, termasuk pasokan makanan, pengolahan makanan, dan distribusinya,” menurut penelitian tersebut.
“Evaluasi program juga perlu dilakukan secara berkala dan komprehensif untuk mengatasi segala kesenjangan yang masih ada,” tambah laporan penelitian itu.