Standarisasi Membantu Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional: BSN

Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Kukuh S. Achmad menyatakan di sini pada hari Rabu bahwa standardisasi dapat membantu meningkatkan ekonomi.

“Standardisasi berkontribusi sebesar 21,2 persen terhadap pertumbuhan produktivitas kerja dan 14,5 persen terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di Indonesia,” ujar Achmad.

Mengutip laporan “Dampak Ekonomi Standar di Indonesia” dari Centre for Economics and Business Research London pada bulan Juli 2023, kepala lembaga tersebut menjelaskan bahwa peningkatan standardisasi berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Selama periode 1994-2019, jumlah standar di Indonesia tumbuh sebesar 6,1 persen tahunan, sementara pertumbuhan produktivitas kerja rata-rata selama periode tersebut tercatat sebesar 4,5 persen.

Menurut Achmad, standardisasi dapat membantu industri mengatasi berbagai tantangan yang jika tidak diatasi, akan berdampak negatif pada pelaku usaha, pembuat kebijakan, dan konsumen.

“Standar memiliki peran dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi bisnis dengan mengurangi biaya produksi, memperluas peluang pasar, dan meningkatkan efektivitas keseluruhan dalam barang dan jasa,” katanya.

Ia menekankan bahwa standar berkaitan dengan faktor-faktor lain, seperti kemajuan teknologi dan inovasi.

Ia menjelaskan bahwa beberapa pengguna, baik perusahaan maupun organisasi, telah mengakui manfaat dari penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), seperti peningkatan kepercayaan pelanggan.

“Kami menerima banyak testimoni dari pelaku usaha setelah mereka menerapkan SNI,” ujarnya.

Achmad mengutip contohnya bahwa dua perusahaan menerima Penghargaan SNI tahun lalu, yaitu PT Pertamina Lubricants yang menerima Penghargaan SNI platinum, dan PT Schneider Indonesia yang meraih Penghargaan SNI emas.

“Mereka mengatakan bahwa penerapan standar secara tidak langsung meningkatkan nilai merek dan pangsa pasar perusahaan. Selain itu, menerapkan standar dapat melindungi karyawan, karena tanpa standar, kesehatan dan keselamatan akan terancam,” ujarnya.

MEMBACA  Kelompok-kelompok berisiko tinggi akan mendapatkan 5,22 juta vaksin COVID yang tersisa secara gratis

Berita terkait: Optimisme dalam perdagangan dan harapan untuk ekonomi yang lebih baik

Berita terkait: OJK mendukung penguatan UMKM untuk meningkatkan ekonomi lokal

Penerjemah: Lintang P, Kenzu
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak cipta © ANTARA 2024