Jumat, 30 Mei 2025 – 01:26 WIB
Makkah, VIVA – Puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), terutama saat lempar jumrah (jamarat), merupakan fase paling penting untuk menjamin keselamatan jemaah haji, khususnya lansia dan penyandang disabilitas.
Baca Juga:
Update Haji 2025: 200.540 Jemaah Indonesia Sudah Terima Kartu Nusuk
Untuk mengatasi risiko kesehatan dan keadaan darurat, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menyusun skema mitigasi yang terstruktur dan terkoordinasi.
Didit Sigit Kurniawan, Kepala Seksi Lanjut Usia dan Disabilitas PPIH Arab Saudi 2025
Baca Juga:
Menuju Tanah Suci, Amirulhaj Kawal Langsung Layanan Jemaah Haji
Menurut Didit Sigit Kurniawan, Kepala Seksi Lanjut Usia dan Disabilitas sekaligus Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama (PKP2JH), koordinasi sudah dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk Petugas Perlindungan Jemaah (P3J), Tim Perlindungan Lansia, dan rumah sakit di Arab Saudi.
“Saat Armuzna, terutama di Jamarat, P3J akan berkolaborasi dengan Linjam, Lansia, serta rumah sakit di Mina,” jelas Didit di Hotel.
Baca Juga:
Menag Bertolak ke Tanah Suci sebagai Amirulhajj 2025, Ini 12 Anggotanya!
Didit menjelaskan, skema evakuasi menggunakan sistem estafet. Jemaah yang membutuhkan bantuan akan dipindahkan bertahap dari satu pos ke pos lain hingga ke titik evakuasi utama.
“Jemaah akan dibantu di pos-pos tertentu, dari titik A, B, C, sampai E. Di setiap pos ada anggota P3J yang standby,” ujarnya.
Untuk alat bantu, tersedia kursi roda bagi yang masih bisa duduk dan tandu bagi yang tidak. Jika kondisi memburuk di kerumunan, evakuasi darurat akan dilakukan dengan bantuan Askar (petugas keamanan Saudi) dan ambulans.
Situasi dan Kondisi Jamarat Aqobah Lantai Dasar
“Kalau kasusnya berat, kita akan minta bantuan Askar untuk memanggil ambulans terdekat,” kata Didit.
Ada dua rumah sakit rujukan bagi jemaah Indonesia: RS Al Wadi dan King Salman Hospital, dilengkapi ambulans dengan mini ICU.
“Di situ ada ICU kecil, jadi tidak perlu khawatir. Ambulans juga sudah siap dengan fasilitas itu,” tambahnya.
Menurut Didit, kasus paling umum adalah kelelahan akibat panas dan keramaian. “Biasanya kita bawa ke tempat teduh dulu. Kalau parah, langsung evakuasi dengan ambulans,” jelasnya.
Halaman Selanjutnya
Untuk alat bantu mobilisasi, tersedia kursi roda bagi jemaah yang masih dapat duduk, dan tandu bagi yang dalam kondisi tidak bisa duduk. Namun jika kondisi jemaah memburuk di tengah keramaian, evakuasi darurat akan dilakukan dengan bantuan Askar (petugas keamanan Saudi) dan ambulans.