Sekali Setahun, Masjid Agung Djenne Mali Dikubur Lumpur

loading…

Masjid Agung Djenne di Mali. Foto: BBC

Masjid Agung Djenne di Mali kembali mengundang perhatian. Masyarakat setempat melakukan pemplesteran ulang masjid yang dilindungi UNESCO sejak tahun 2016, sejak Ahad lalu. Ini adalah bangunan bata lumpur terbesar di dunia. Kegiatan ini dilakukan dalam perayaan Crépissage.

Terletak di pedalaman gersang Gurun Sahara yang panas di Mali selatan, Masjid Agung Djenné memiliki struktur bangunan yang memikat dan langsung memicu imajinasi.

Dengan tinggi hampir 20 meter dan dibangun di atas lahan sepanjang 91 meter, bangunan itu adalah bangunan berbahan baku lumpur terbesar di dunia dan contoh terbaik arsitektur Sudano-Sahel, gaya bangunan di wilayah setempat yang memiliki ciri khas plesteran batako dan perancah kayu.

Masjid raksasa itu tanpa diragukan lagi menjadi pusat kehidupan kota Djenné yang dilindungi oleh Unesco.

Masjid Djenne memerlukan lapisan lumpur baru setiap tahun sebelum dimulainya musim hujan di bulan Juni, atau bangunan tersebut akan rusak.

Plesteran masjid dilakukan oleh seluruh warga kota dalam sebuah acara komunal, yang pada tahun-tahun sebelumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi puluhan ribu wisatawan yang mengunjungi Mali setiap tahunnya.

Amadou Ampate Cisse, warga Djenne yang ikut serta dalam acara tersebut mengatakan, “plesteran masjid adalah simbol perdamaian. Yang miskin, yang kaya, semuanya ada di sini untuk kegiatan ini. Kami akan meneruskan tradisi ini dari generasi ke generasi. Kami akan meneruskannya kepada anak-anak kami dan mereka juga akan melakukan hal yang sama.”

Secara tradisional, laki-laki dan anak laki-laki bertanggung jawab memanjat masjid dan membubuhkan lapisan lumpur baru di atasnya, sementara perempuan dewasa dan anak-anak bertanggung jawab mengambil air dari sungai terdekat untuk dicampur dengan tanah liat guna menghasilkan lebih banyak lumpur yang dibutuhkan untuk acara tersebut.

MEMBACA  Setelah Gempa: Perjuangan Satu Keluarga Turki Selama Setahun

Moussa Moriba Diakité, kepala misi kebudayaan Djenne, mengatakan bahwa keamanan adalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi kota ini. Seperti daerah lain di Mali, industri pariwisata di Djenne hampir punah karena masalah keamanan. Namun pemeliharaan masjid adalah sesuatu yang harus terus dilakukan “dengan cara apa pun”, kata Diakité, untuk melestarikan warisan budaya negara.

(mhy)

\”