Senin, 7 Oktober 2024 – 10:08 WIB
Jakarta, VIVA – Ekonomi digital di Indonesia saat ini terus berkembang. Indonesia pun diperkirakan akan menjadi penguasa pasar ekonomi digital di ASEAN.
Baca Juga :
Warisan Jokowi di Bidang Kesehatan, Stunting Turun Hingga Pernah Dipuji Obama Soal BPJS
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dikutip, Senin, 7 Oktober 2024, pada periode 2014-2023 atau selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) volume digital banking RI meroket hingga 898,82 persen.
Adapun pada periode pertama pemerintahan Jokowi mulai 2014-2019, volume digital banking RI naik 116,95 persen. Bila dirinci volume transaksi pada 2014 sebesar 1,6 miliar, lalu di 2015 naik menjadi 1,9 miliar, 2016 sejumlah 2,5 miliar, 2017 3,1 miliar, 2018 sebesar 3,4 miliar, dan 2019 naik sebesar 4,9 miliar.
Baca Juga :
Kondisi Ekonomi Israel Makin Memburuk setelah Setahun Menggempur Gaza, Menurut Pakar
Kemudian volume transaksi di periode ini BI mencatat bahwa pada 2014 sebesar Rp 11.737 triliun. Pada 2015 naik menjadi Rp 12.343 triliun, di 2016 naik ke Rp 14.382 triliun, 2017 naik ke Rp 16.998 triliun, 2018 naik menjadi Rp 21.859 triliun, dan pada 2019 naik menjadi Rp 27.287 triliun.
Ilustrasi transaksi digital.
Photo :
https://www.theasianbanker.com/
Baca Juga :
Bentang Alam dan Konflik Bersenjata Jadi Tantangan Jokowi 10 Tahun Bangun Papua
Sedangkan pada periode kedua masa kepemimpinan Jokowi atau 2020-2023, volume digital banking naik 225,97 persen. Lebih jelasnya, pada 2020 volume digital banking sebesar 4,9 miliar, 2021 naik ke 7,7 miliar, naik lagi pada 2022 mencapai 11,7 miliar, dan pada 2023 menjadi 16,1 miliar.
Untuk periode ini, nominal transaksi banking di 2020 tercatat sebesar Rp 27.364 triliun, naik di 2021 menjadi Rp 40.820 triliun. Kemudian naik lagi menjadi Rp 51.531 triliun pada tahun 2022, dan pada tahun 2023 naik menjadi Rp 58.617 triliun.
Di samping itu, setelah diluncurkannya Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) data BI menunjukkan bahwa jumlah pengguna transaksi baru tercatat di 2021.
Pada tahun 2021 jumlah pengguna QRIS sebanyak 11,5 juta orang, kemudian naik menjadi 28,7 juta pengguna pada 2022, dan tahun 2023 jumlah pengguna sudah mencapai 45,5 juta.
Bank Indonesia pada rilis barunya pun mengungkapkan, transaksi QRIS pada Agustus 2024 kembali tumbuh pesat sebesar 217,33 persen yoy. Dalam hal ini jumlah pengguna mencapai 52,55 juta dan jumlah merchant sebanyak 33,77 juta.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) sekaligus pengamat ekonomi digital, Nailul Huda mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pasar bagi industri digital global. Hal ini seiring dengan 40-50 persen ekonomi digital ASEAN merupakan pasar Indonesia.
\”Dengan besaran penduduk dan penetrasi internet yang cukup kencang, saya rasa Indonesia masih akan menjadi pasar yang menarik bagi industri ekonomi digital secara global. Saat ini pun, 45-50 persen ekonomi digital di ASEAN merupakan pasar Indonesia,\” ujar Huda saat dihubungi.
Huda menilai, wajar bila Indonesia akan menjadi pasar ekonomi yang menarik bagi industri global. Sebab Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 270 jiwa, yang mana didominasi oleh Generasi Milenial dan Generasi Z.
\”Sangat wajar melihat penduduk sebesar 270 juga jiwa dengan penduduk gen milenial dan gen Z yang mendominasi penduduk kita. Adaptasi digital akan sangat pesat kalo boleh saya bilang. Ke depan mungkin akan jauh lebih besar lagi,\” jelasnya.
Halaman Selanjutnya
Bank Indonesia pada rilis barunya pun mengungkapkan, transaksi QRIS pada Agustus 2024 kembali tumbuh pesat sebesar 217,33 persen yoy. Dalam hal ini jumlah pengguna mencapai 52,55 juta dan jumlah merchant sebanyak 33,77 juta.