"Rupiah Mengawali Hari dengan Penguatan di Tengah Melemahnya Daya Beli Masyarakat"

Selasa, 5 Agustus 2025 – 09:54 WIB

Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan bergerak naik turun, tapi ditutup lebih kuat hari ini.

Baca Juga:
Marak Fenomena Rojali-Rohana, Begini Strategi BI Genjot Konsumsi Masyarakat

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor BI), kurs rupiah terhadap dolar AS ada di Rp 16.388 per Senin, 4 Agustus 2025. Posisi rupiah ini menguat 106 poin dari sebelumnya di Rp 16.494 pada Jumat, 1 Agustus 2025.

Sementara di pasar spot Selasa, 5 Agustus 2025 hingga 09.15 WIB, rupiah diperdagangkan di Rp 16.393 per dolar AS, naik 8 poin (0,05%) dari posisi sebelumnya di Rp 16.401.

Baca Juga:
Rupiah Dibuka Menguat di Tengah Kontraksi Sektor Manufaktur RI

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim, menyebut tren inflasi inti yang mencerminkan daya beli masyarakat terlihat melandai sejak Mei 2025 (year-on-year). Sementara secara bulanan, inflasi inti naik tipis dari 0,07% (Juni) jadi 0,13% (Juli 2025).

Baca Juga:
Rupiah Dibuka Menguat Usai Laporan Realisasi Investasi Kuartal II-2025

Komoditas yang paling berpengaruh pada inflasi tahunan adalah emas perhiasan (0,46%), dari total inflasi umum Juli 2025 sebesar 2,37% (yoy).

Menurut BPS, inflasi inti Juli 2025 sebesar 2,32% (yoy) dan 0,13% (mtm). Angka ini lebih rendah dibanding Juni (2,37%) dan Mei (2,40%).

Ekonom menilai, meski melandai, Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk komponen ini tetap mengalami inflasi, walau tidak setinggi bulan sebelumnya.

Tumpukan Uang Rupiah dengan Berbagai Nominal

Hal ini dipengaruhi perbedaan harga antar barang yang termasuk dalam kategori inflasi inti. Apalagi, emas masih jadi pendorong utama inflasi inti.

MEMBACA  8.381 Petugas Pemilu 2024 Terkena Penyakit, 548 Orang Mengalami Hipertensi

Sementara inflasi inti melandai, inflasi justru naik signifikan secara umum. Di Juni 2025, angkanya 1,87% (yoy), lalu naik ke 2,37% di Juli.

Tekanan inflasi terbesar berasal dari kenaikan harga pangan, terlihat dari lonjakan inflasi volatile food ke 3,82% (yoy) dan 3,42% (ytd). Sebelumnya, inflasi ini hanya 0,10% (yoy).

“Rupiah fluktuatif tapi ditutup menguat di kisaran Rp 16.350–Rp 16.400,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Menurut para ekonom, pada dasarnya untuk komponen inti meski melandai, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada komponen ini masih mengalami inflasi walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya.