Profil Hemedti: Dari Penggembala Unta ke Jenderal Brutal RSF Sudan

[Gambar tidak ditampilkan]

loading…

Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, atau dikenal sebagai Hemedti, adalah komandan pasukan paramiliter RSF di Sudan. Dia dulunya cuma seorang penggembala unta yang sekarang menjadi jenderal yang sangat kaya. Foto/Sudan Tribune

EL-FASHER – Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang lebih dikenal dengan nama Hemedti, adalah pemimpin Rapid Support Forces (RSF), sebuah kelompok paramiliter. Kelompok ini dituduh melakukan pembantaian massal terhadap sekitar 2.000 orang di El-Fasher, Sudan.

Siapa sangka, Hemedti dulunya hanyalah seorang penggembala unta. Kini, dia telah berubah menjadi komandan paramiliter yang sangat ditakuti dalam perang saudara di Sudan.

Tuduhan pembantaian massal oleh RSF ini telah memicu kecaman dari dunia internasional. Banyak yang menyerukan agar dia diadili atas kejahatan perang dan genosida.

Baca Juga: Siapa Itu RSF, Kelompok Bengis yang Bantai Massal Warga Sipil Sudan?

Profil Hemedti, Jenderal di Balik RSF Sudan

Harapan untuk transisi Sudan menuju pemerintahan sipil akhirnya memudar setelah pecahnya kekerasan antara militer dan RSF.

Sebagian besar pengaruh RSF ini sangat terkait dengan pemimpinnya, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dipanggil "Hemedti" atau "Si Kecil Muhammad". Dia menjadi terkenal sebagai wakil pemimpin dewan transisi yang dibentuk setelah pemimpin otoriter Omar al-Bashir digulingkan pada tahun 2019.

RSF dan militer melancarkan kudeta pada tahun 2021 terhadap pemerintahan sipil-militer yang ada. Namun, satu setengah tahun kemudian, Dagalo terlihat tidak puas dengan militer. Dia pernah membuat pernyataan bahwa jajaran kekuasaan masih dipenuhi oleh loyalis al-Bashir yang menghambat proses menuju demokrasi.

Dari Penggembala Unta yang Sederhana Menjadi Jenderal Kaya

Dagalo lahir sekitar tahun 1974 dari suku Mahariya di komunitas Rizeigat, Darfur. Dia adalah keponakan dari seorang kepala suku di cabang perdagangan unta Rizeigat.

MEMBACA  Judul: Abolisi Tom Lembong dan Amnesti Hasto: Refleksi Keberanian Politik Prabowo (Tata letak bersih, tanpa komentar tambahan)

Pendidikan formalnya sangat sedikit. Dia putus sekolah saat masih duduk di kelas tiga dan kemudian bekerja sebagai penggembala sekaligus pedagang unta.

Cerita paling umum tentang Dagalo adalah dia terpaksa mengankat senjata dalam konflik Darfur. Saat itu, sebuah kelompok menyerang rombongan dagangnya, membunuh 60 anggota keluarganya, dan merampas unta-untanya.

Dia lalu memutuskan untuk bergabung dengan Janjaweed, sebuah kumpulan milisi suku Arab yang kebanyakan berasal dari suku pedagang unta dan aktif di Darfur serta sebagian Chad.

Kehadirannya menarik perhatian Presiden Omar al-Bashir. Al-Bashir kemudian merekrut Janjaweed untuk memerangi orang-orang non-Arab yang mulai memberontak terhadap pemerintahannya di Darfur pada tahun 2003. Sejak saat itulah, Dagalo ditunjuk menjadi seorang komandan militer.