Pria Rusia yang Membakar Al-Quran Dihukum 14 Tahun Tambahan Penjara karena Dituduh Pengkhianatan.

Rusia, VIVA – Seorang pria asal Rusia, Nikita Zhuravel, yang sebelumnya dihukum karena membakar salinan Alquran kini dijatuhi hukuman tambahan 14 tahun penjara.

Hukuman ini diberikan oleh Pengadilan daerah Volgograd dengan tuduhan pengkhianatan terhadap negara. Pengadilan memutuskan bahwa Zhuravel bersalah karena memberikan informasi sensitif kepada militer Ukraina.

Dilansir dari Anadolu Ajansi Jumat, 29 November 2024, berdasarkan dokumen pengadilan yang dikutip oleh kantor berita Rusia, Tass, Zhuravel dilaporkan menawarkan jasanya kepada perwakilan militer Ukraina.

Pada bulan Maret 2023, ia mengirimkan video yang menunjukkan kereta yang mengangkut peralatan militer Rusia, pesawat tempur, serta data tentang pergerakan kendaraan dinas dari salah satu unit militer Rusia. Aksi ini dianggap sebagai pengkhianatan karena membahayakan keamanan nasional Rusia.

Pengadilan memutuskan Zhuravel akan menjalani hukuman di koloni hukuman dengan tingkat keamanan maksimum. Meski demikian, ia masih diberikan hak untuk mengajukan banding atas putusan tersebut dan pengacaranya telah menyatakan niat untuk melakukan banding.

Hukuman Sebelumnya Terkait Pembakaran Al-Quran

Sebelum kasus pengkhianatan ini, Zhuravel sudah dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara pada Februari 2023. Ia dihukum karena membakar salinan kitab suci Al-Quran di depan sebuah masjid di kota Volgograd pada bulan Mei 2023. Tindakan tersebut memicu kemarahan masyarakat Muslim di Rusia dan dunia internasional.

Kasus pembakaran Al-Quran ini sangat sensitif karena Rusia memiliki populasi Muslim yang cukup besar. Pemerintah Rusia secara tegas melarang tindakan yang dianggap merusak toleransi dan harmoni antaragama. Aksi Zhuravel dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap nilai-nilai tersebut.

Pemerintah Rusia menunjukkan sikap tegas dalam menangani kasus ini. Jaksa Agung Rusia sebelumnya menyatakan bahwa tindakan Zhuravel tidak hanya merugikan keamanan negara tetapi juga berpotensi memecah belah masyarakat.

MEMBACA  Asisten anggota parlemen Uni Eropa dari Jerman ditangkap karena diduga menjadi mata-mata untuk China.

Tinggalkan komentar