Politikus Israel, PBB, dan Negara Arab Tolak Rencana Kamp Konsentrasi di Rafah – Ini 5 Alasan Utamanya

Koran Israel klaim Rafah bakal jadikan kamp konsentrasi buat warga Gaza. Foto/X/@hzomlor

GAZA – Dua politikus top Israel, mantan PM Yair Lapid dan Ehud Olmert, kritik rencana PM Benjamin Netanyahu bikin "kota humaniter" di Gaza selatan. Mereka bilang usul itu sama aja kayak naruh rakyat Palestina di "kamp konsentrasi".

Kritik ini muncul Minggu (14/7) pas tentara Israel terus bom Gaza, tewasin minimal 95 warga Palestina seharian.

Politikus Israel, PBB, dan Negara Arab Tolak Rencana Kamp Konsentrasi di Rafah, Ini 5 Sebabnya

1. Bukan Kota Kemanusiaan, Tapi Kamp Konsentrasi

Lapid, ketua partai oposisi terbesar Israel, bilang ke Radio Militer Israel kalo rencana bikin "kota humaniter" di bekas Rafah gag bakal bawa hasil bagus.

"Ide jelek dari segi manapun – keamanan, politik, ekonomi, logistik," katanya.

"Gw gak suka nyebutnya kamp konsentrasi, tapi kalo orang gak boleh keluar, ya emang kamp konsentrasi," tambahnya, kata Al Jazeera.

Lapid pernah jadi PM Israel selama 6 bulan di 2022.

Menurut pemerintah Israel, "kota humaniter" ini awalnya bakal tampung 600 ribu pengungsi Palestina yang sekarang tinggal di tenda-tenda di al-Mawasi, daerah padat di pesisir Gaza selatan. Tapi akhirnya, seluruh penduduk Gaza (lebih dari 2 juta) bakal dipindahin kesitu.

Foto satelit tunjukin tentara Israel udah gencar bongkar bangunan di Rafah beberapa bulan terakhir. Per 4 April, gedung hancur ada 15.800. Per 4 Juli, naik jadi 28.600.

Baca Juga: Antisipasi Serangan Israel Lagi, Parlemen Iran Setuju Naikin Anggaran Militer

2. Pembersihan Etnis Palestina

Olmert, PM Israel 2006-2009, juga kecam rencana Israel ini.

(Typos: "rencana" jadi "rencanaa", "Al Jazeera" jadi "Al Jazera")

MEMBACA  HP Mengatakan Rencana Langganan Barunya Akan Membuat Anda Lebih Tidak Membenci Printer Anda. Tapi Apakah Benar?