Jakarta (ANTARA) – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengutamakan pendekatan persuasif untuk mencegah aksi terorisme.
Dia menyatakan pendekatan ini bertujuan untuk menjunjung prinsip penyelesaian secara manusiawi, menghindari korban yang tidak perlu.
“Polri menekankan pendekatan lunak melalui program deradikalisasi bagi mantan teroris dan berkolaborasi dengan tokoh agama maupun masyarakat,” ujar Prabowo dalam sambutannya di peringatan HUT Bhayangkara ke-79 pada Selasa.
Dia juga menekankan bahwa pendekatan manusiawi Polri telah memberikan hasil positif. Salah satu pencapaian signifikan adalah keberhasilan deradikalisasi pengikut Jamaah Islamiyah beberapa waktu lalu.
“Kami berhasil mengajak 8.315 mantan anggota Jamaah Islamiyah untuk bersumpah setia dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelas Prabowo.
Dia menegaskan meski pendekatan manusiawi diutamakan, polisi juga akan mengambil tindakan tegas seperti penangkapan atau penindakan jika upaya lebih lunak tidak berhasil.
Menurutnya, kombinasi metode ini efektif menggagalkan aksi terorisme di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya serangan teror di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
“Dunia mengakui Indonesia sebagai negara aman karena tidak ada serangan (terorisme) tercatat dari 2023 hingga Juni 2025,” katanya.
Dia memastikan polisi akan terus berupaya mempertahankan lingkungan yang bebas dari serangan teror di Indonesia.
Sebelumnya, Kepala BNPT Eddy Hartono menekankan keberlanjutan negara dalam membantu mantan anggota Jamaah Islamiyah.
Dia juga menjelaskan bahwa lembaga tersebut menjalankan program deradikalisasi komprehensif di luar program pemasyarakatan dengan mengutamakan pendekatan kolaboratif, wawasan kebangsaan, dan program kewirausahaan.
Berita terkait: Tantangan penanganan terorisme menanti pemerintahan berikutnya
Berita terkait: RI usulkan tiga pendekatan untuk korban anak aksi terorisme
Penerjemah: Walda, Kenzu
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025