Polisi Buru 15 Narapidana Usai Kabur dari LP Nabire

Timika, Papua Tengah (ANTARA) – Kepolisian di Papua Tengah sedang mencari 15 narapidana yang kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Nabire dini hari Senin, menurut pihak berwajib.

Kabur massal ini terjadi sekitar pukul 07.30 waktu setempat, seperti diungkapkan oleh Kepolisian Resor (Kapolres) Nabire Komisaris Samuel D. Tatiratu.

Lapas tersebut berlokasi di Jalan Pipit, daerah Kali Harapan, Kabupaten Nabire.

"Mereka kabur dengan cara mengikatkan tali jaring bola voli ke pagar belakang dan memanjat tembok," jelas Tatiratu melalui sambungan telepon dari Timika, ibukota Kabupaten Mimika.

Polisi telah memeriksa lima petugas penjaga yang sedang bertugas saat kejadian. Penyidik masih berusaha memastikan identitas para pelarian.

"Tim kami sedang melacak mereka di perbukitan belakang lapas dan daerah sekitarnya," tambah Tatiratu.

Ini merupakan kabur massal kedua dari fasilitas tersebut tahun ini. Pada bulan Juni lalu, 19 narapidana berhasil kabur, di mana 11 di antaranya ditahan atas tuduhan terkait aktivitas separatis Papua.

Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, Kepala Operasi Satuan Tugas Damai Cartenz, sebelumnya menyatakan bahwa 11 pelarian tersebut adalah anggota kelompok bersenjata separatis (KKB) asal Puncak Jaya, Puncak, dan Paniai.

"Kesebelas orang itu dipastikan anggota KKB," kata Faizal dalam pernyataan yang diterbitkan ANTARA pada bulan Juni.

Mereka yang teridentifikasi dari KKB Puncak Jaya antara lain Yotenus Wonda, Alison Wonda, dan Tandangan Kogoya. Dari KKB Puncak: Alenus Tabuni, Junius Waker, Yantis Murib, Ardinus Kogoya, Pelinus Kogoya, dan Marenus Tabuni. Dari KKB Paniai: Anan Nawipa dan Yakobus Nawipa.

Faizal menambahkan, delapan pelarian lainnya, termasuk Agus Gobay, Yeheskiel Degei, dan Noak Tekege, tidak secara resmi tercatat sebagai anggota KKB namun diduga memiliki hubungan dengan kelompok tersebut.

MEMBACA  Polisi menangkap pria yang merencanakan serangan di stadion Olimpiade

Pihak berwajib belum dapat memastikan apakah ada dari para buronan saat ini yang memiliki keterkaitan dengan kelompok separatis.

Kelompok pemberontak bersenjata di Papua seringkali melancarkan serangan dadakan (hit-and-run) terhadap pasukan keamanan Indonesia dan melakukan kekerasan terhadap warga sipil untuk menebar ketakutan.

Korban-korban yang berjatuhan meliputi pekerja konstruksi, pengemudi ojek, guru, pelajar, pedagang makanan, dan personel pesawat sipil.

Pada April 2025, sebuah kelompok bersenjata dituding melakukan serangan mematikan di Bingki, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, yang menewaskan 16 penambang emas ilegal.

Berita terkait: [Tautan berita 1]
Berita terkait: [Tautan berita 2]
Berita terkait: [Tautan berita 3]

Penerjemah: Evarianus S, Rahmad Nasution
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025