Persiapan Sebelum Liburan, Kenali Penyebab Penyebaran Penyakit di Destinasi Wisata

Sabtu, 30 Desember 2023 – 16:27 WIB

VIVA Lifestyle – Liburan seharusnya diisi dengan kegiatan yang menyenangkan seperti mengunjungi tempat wisata dan mencicipi makanan khas dari berbagai daerah. Namun, semua rencana tersebut dapat berantakan akibat kondisi kesehatan yang kurang baik.

Baca Juga :

Kronologi Tantri Kotak Ketinggalan Pesawat di Bali, Perjalanan 10 Menit Jadi 1 Jam

Belakangan ini, perubahan cuaca dari panas menjadi hujan secara tiba-tiba telah menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti batuk dan pilek. Terutama, anak-anak lebih rentan mengalami penyakit ini jika imunitas tubuh mereka tidak terjaga saat melakukan perjalanan jauh.

Di Indonesia, kasus pneumonia dan COVID-19 kembali meningkat yang membuat semua orang harus waspada. Udara yang tidak sehat juga dapat memperburuk masalah pernapasan.

Baca Juga :

Tentara Israel Diserang Wabah Jamur Resisten Obat , 1 Orang Tewas

Penyebaran penyakit pernapasan ini menjadi semakin berbahaya jika penularannya terjadi pada wisatawan selama liburan akhir tahun. Yuk, lanjutkan membaca artikel ini untuk informasi lebih lengkap.

Baca Juga :

Zeda Salim Akui Sempat Jalin Kedekatan dengan Ammar Zoni, Liburan Bareng di Bali

Dari 100.000 pelaku perjalanan ke negara berkembang dalam satu bulan, setengahnya atau sekitar 50.000 orang dapat mengalami masalah kesehatan. Beberapa penyebab masalah kesehatan ini termasuk mabuk laut saat perjalanan di laut dan kelelahan selama perjalanan.

\”Salah satu penyakit yang paling umum adalah penyakit infeksi. Dari 50.000 orang yang mengalami masalah kesehatan, sekitar 8.000 orang berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Sangat disayangkan jika liburan yang seharusnya menyenangkan malah harus dihabiskan untuk beristirahat atau berbaring. Sekitar 300 orang harus dirawat di rumah sakit, bahkan ada yang mengancam nyawa,\” ungkap dr. Thomas Aditya, Medical Manager Vaccine PT Kalventis Sinergi Farma, dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk.

MEMBACA  Mendorong Perubahan Ekonomi Berkelanjutan di Indonesia

\”Menurut studi yang dilakukan pada Journal of Travel Medicine tahun 2018, sekitar 1 dari 100 wisatawan akan terkena influenza saat melakukan perjalanan. Salah satu tujuan utama perjalanan adalah mencicipi kuliner, dan ada risiko penularan penyakit tifoid. Kasus tifoid terjadi pada 1 dari 1000 wisatawan,\” tambahnya.

Oleh karena itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum berlibur. Pertama, risiko infeksi selama perjalanan harus diketahui oleh semua orang, termasuk penyakit endemik atau penyakit yang menyebar di wilayah tujuan.

Misalnya, ada beberapa daerah yang menjadi endemik untuk japanese encephalitis atau tifoid. Selain itu, negara-negara yang memiliki musim dingin umumnya juga memiliki penyebaran flu yang tinggi.

Faktor risiko lainnya adalah moda transportasi. Infeksi virus yang menyebar melalui udara atau airborne memiliki risiko penyebaran yang tinggi ketika melakukan perjalanan pesawat dalam jangka waktu yang lama.

Dalam hal ini, sirkulasi udara di dalam pesawat yang tertutup dan kurang baik. Dr. Thomas menyebutkan bahwa studi menunjukkan bahwa satu orang yang terkena flu dapat menyebabkan penularan hingga 70 persen ke penumpang lainnya di dalam pesawat.

Ilustrasi Liburan Akhir Tahun

Selain itu, penyakit menular juga dapat ditularkan melalui makanan dan air yang kurang higienis. Nyamuk juga dapat menjadi vektor penularan, seperti nyamuk Culex spp yang dapat menyebarkan japanese encephalitis.

Hewan yang berisiko tinggi penularan rabies juga harus diwaspadai selama liburan akhir tahun.

\”Untuk meminimalkan risiko penularan penyakit, pola hidup bersih dan sehat harus diterapkan, termasuk mencuci tangan dengan sabun secara rutin. Sistem kekebalan tubuh juga harus ditingkatkan dengan beraktivitas, berolahraga, dan mengonsumsi vitamin. Namun, jika terjadi infeksi, perlindungan spesifik diperlukan dan dapat didukung dengan vaksinasi. Penyakit influenza, tifoid, dan hepatitis A dapat dicegah melalui vaksinasi,\” jelas dr. Thomas.

MEMBACA  Dekan FK Unair Dipecat karena Menolak Dokter Asing, Para Dekan di Seluruh Indonesia Bereaksi!

Warga Beijing memakai masker untuk melindungi diri dari COVID-19.

Photo :

AP Photo/Mark Schiefelbein.

Untuk vaksin perjalanan ke daerah endemis, terdapat vaksin hepatitis A dan tifoid untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan dan air. Selain itu, terdapat juga vaksin influenza untuk mencegah penularan penyakit melalui udara. Vaksin japanese encephalitis juga tersedia untuk mencegah radang otak yang disebabkan oleh penyakit ini. Terdapat juga vaksin meningitis untuk mencegah radang selaput otak.

Kalventis juga menyediakan vaksin rabies. Terdapat juga vaksin yellow fever untuk perjalanan ke daerah Amerika Latin atau Afrika.

Biasanya, sertifikat vaksin diperlukan jika ingin melakukan perjalanan ke daerah endemis. Pelayanan vaksinasi juga mudah, karena dapat dilakukan di fasilitas kesehatan.

Halaman Selanjutnya

\”Salah satu penyakit yang paling umum adalah penyakit infeksi. Dari 50.000 orang yang mengalami masalah kesehatan, sekitar 8.000 orang berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Sangat disayangkan jika liburan yang seharusnya menyenangkan malah harus dihabiskan untuk beristirahat atau berbaring. Sekitar 300 orang harus dirawat di rumah sakit, bahkan ada yang mengancam nyawa,\” ungkap dr. Thomas Aditya, Medical Manager Vaccine PT Kalventis Sinergi Farma, dalam live Instagram @ptkalbefarmatbk.