Persiapan Pekerja Menghadapi PHK Capai 70%, Menurut Survei

Selasa, 26 Agustus 2025 – 00:04 WIB

Jakarta, VIVA – Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti, isu pemutusan hubungan kerja (PHK) masih jadi hantu buat banyak pekerja. Berita tentang gelombang PHK massal terus muncul di media dalam beberapa tahun belakangan.

Kondisi ini nggak cuma berdampak ke mereka yang kehilangan pekerjaan, tapi juga bikin cemas karyawan yang masih bekerja. Rasa takut kehilangan pekerjaan bikin banyak orang mulai siap-siap langkah antisipatif biar tetap bisa bertahan secara finansial kalau benar-benar kena PHK.

Survei terbaru dari MarketWatch Guides yang dikutip Selasa, 26 Agustus 2025, nunjukin betapa seriusnya kekhawatiran pekerja tentang ancaman PHK. Hasilnya, 7 dari 10 pekerja, atau sekitar 70%, udah mempersiapkan diri buat kemungkinan kehilangan pekerjaan.

Fakta ini nunjukin tingginya rasa cemas yang dialami pekerja, terutama generasi muda kayak Gen Z dan milenial. Yang menarik, rasa cemas ini nggak cuma karena ekonomi, tapi juga karena perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang dianggap bisa gantikan peran manusia.

MarketWatch Guides sendiri mensurvei 1.000 pekerja dewasa di AS (nggak termasuk freelancer). Mayoritas responden mengaku udah melakukan berbagai persiapan buat hadapi PHK.

Sebanyak 40% pekerja ngaku ningkatin jumlah tabungan buat jaga-jaga, sementara 32% rutin cari lowongan kerja baru. Bahkan, 24% udah mulai kirim lamaran ke perusahaan lain sebagai antisipasi.

Gen Z tercatat sebagai kelompok yang paling cemas hadapi ancaman PHK. Sebanyak 57% dari mereka ngerasa berpotensi kehilangan pekerjaan, dan 88% di antaranya udah siapin strategi buat hadapinnya.

Sebaliknya, cuma 16% pekerja generasi baby boomer yang ngerasa khawatir. Data ini nunjukin perbedaan sudut pandang antar-generasi tentang rasa aman dalam bekerja.

MEMBACA  Peningkatan Mutu Sepak Bola Muda melalui Sertifikasi Pelatih Nasional D

Selain faktor ekonomi, perkembangan teknologi juga nambahin kecemasan pekerja. Survei catet bahwa 68% responden percaya AI akan ningkatin angka pengangguran. Bahkan, 46% pekerja yakin pekerjaan mereka berpotensi ilang sepenuhnya karena otomatisasi di masa depan.

Kekhawatiran ini paling banyak dirasakan Gen Z, di mana 60% di antaranya nganggap posisi mereka rawan diganti mesin. Temuan ini sejalan dengan penelitian Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang nyebut bahwa sekitar 23% upah pekerja terkait tugas visual berpotensi diganti AI.

Pekerjaan di sektor ritel dan layanan sosial dinilai paling rentan, sementara bidang pendidikan dan keuangan masih relatif aman.

Dampak Finansial Jika Kehilangan Pekerjaan

Lebih dari sekadar rasa cemas, ancaman PHK juga berpotensi bikin krisis keuangan pribadi. Berdasarkan hasil survei, 40% pekerja ngaku tabungan mereka cuma cukup buat bertahan satu bulan kalau kena PHK.

Bahkan, 24% bilang cuma bisa bertahan dua minggu. Hal ini nunjukin rapuhnya kondisi finansial banyak pekerja saat kehilangan sumber pendapatan utama.

Sebanyak 89% responden ngaku PHK akan berdampak buruk ke kondisi keuangan mereka. Konsekuensinya antara lain berkurangnya kontribusi ke tabungan (38%), ningkatin jumlah utang (34%), sampai susah penuhi kebutuhan pokok (33%).

Pekerja Rela Berkorban Demi Bertahan

Fakta lain dari survei adalah banyak pekerja rela berkompromi demi pertahankan pekerjaan. Sebanyak 63% nyatakan bersedia terima potongan gaji, sementara 37% siap terima penurunan jabatan.

Bahkan, lebih dari separuh pekerja bersedia ambil tanggung jawab tambahan tanpa tambahan bayaran, dan 42% rela pindah kota buat tetap bisa bekerja.

Kondisi ini nunjukin betapa kuatnya rasa cemas pekerja terhadap kehilangan pekerjaan, sampai mereka rela korbankan kesejahteraan demi keamanan kerja.

MEMBACA  Dari Mitologi Yunani hingga Jadi “Tot Tot Wuk Wuk” yang Memicu Stres

Halaman Selanjutnya

Sebaliknya, cuma 16% pekerja generasi baby boomer yang ngerasa khawatir. Data ini memperlihatkan adanya perbedaan sudut pandang antar-generasi terkait rasa aman dalam bekerja.