Perlu koordinasi yang kuat antara lembaga pendidikan dan perusahaan

Jakarta (ANTARA) – Koordinasi yang kuat antara lembaga pendidikan dan perusahaan diperlukan untuk memastikan penyerapan lulusan yang maksimal di pasar kerja, menurut anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Netty Prasetiyani Aher.

“Koordinasi yang kuat antara lembaga pendidikan dan dunia bisnis, dunia industri diperlukan, (untuk mengidentifikasi) sumber daya manusia yang dibutuhkan,” katanya dalam podcast “Gelombang PHK di Indonesia”, yang diikuti dari sini pada Jumat.

Ia menambahkan bahwa lembaga pendidikan dapat berkoordinasi dengan perusahaan mengenai kriteria sumber daya manusia yang mereka butuhkan. Dengan begitu, katanya, keterampilan para siswa dapat diasah untuk memenuhi kebutuhan industri.

Menurut Aher, manfaat besar dari langkah ini adalah penyerapan lulusan dari sekolah atau universitas akan maksimal, dan juga akan membantu menurunkan tingkat pengangguran di negara ini.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah Indonesia harus menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri saat ini.

Banyak lulusan sekolah menengah kejuruan tidak bisa mendapatkan pekerjaan langsung setelah lulus karena kurikulum sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan industri saat ini, katanya.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan bahwa salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran di negara ini, terutama di kalangan Generasi Z, adalah ketidaksesuaian antara pendidikan dan tuntutan pasar kerja.

Ia mencatat bahwa lulusan sekolah menengah kejuruan adalah kontributor terbesar terhadap tingkat pengangguran, berkontribusi sekitar 8,9 persen.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan Kejuruan, katanya.

Ia menambahkan bahwa peraturan tersebut menetapkan bahwa pendidikan dan pelatihan harus memenuhi kebutuhan dunia bisnis dan industri. (INE)

Berita terkait: Kreativitas guru kunci keberhasilan Kurikulum Mandiri: kementerian

MEMBACA  Hamas menuntut Israel membebaskan Marwan Barghouti, seorang pria yang beberapa warga Palestina anggap sebagai Nelson Mandela mereka.

Berita terkait: Kementerian mendorong transformasi pendidikan melalui teknologi digital

Berita terkait: Menteri Dorong Mahasiswa Menjadi Pengusaha, Kurangi Pengangguran

Penerjemah: Tri Meilani, Raka Adji
Editor: Atman Ahdiat
Hak cipta © ANTARA 2024