Memuat…
JAKARTA – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa puncak musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan atau akhir Februari 2024.
Dwikorita juga menyoroti hasil pemantauan BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia terkait perkiraan El-Nino moderat yang akan berlangsung hingga awal tahun 2024. Selain itu, Indeks Dipol Samudra Hindia (IOD) positif juga diharapkan berlangsung hingga Januari 2024.
“Puncak musim hujan ini diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Februari atau akhir Februari, meskipun tidak terjadi secara bersamaan. Kita perlu bersiap-siap terkait pola tanam, karena hujan yang ekstrem juga berdampak pada kondisi tanaman. Ini perlu diperhatikan,” kata Dwikorita melalui laman resmi BMKG dikutip pada Jumat (29/12/2023).
Sementara itu, Dwikorita melaporkan melalui analisis Zona Musim (ZOM) bahwa 52 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Terutama di Kalimantan, proyeksi curah hujan tinggi di berbagai wilayah akan terjadi pada bulan Januari hingga April.
Di sisi lain, Jawa, terutama Jawa Timur dan Nusa Tenggara, berpotensi mengalami curah hujan rendah pada bulan Mei dan Juni, yang meningkatkan risiko kekurangan air.
“BMKG memberikan prediksi curah hujan bulanan untuk periode Januari hingga Juni 2024. Dalam kurun waktu Januari hingga Maret, sejumlah wilayah di pesisir timur Sumatera, Sulawesi, dan sebagian Papua Barat diperkirakan akan mengalami curah hujan rendah,” ungkapnya.
Dwikorita mengatakan bahwa prediksi ini meningkat pada bulan April, dengan sebagian wilayah di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi diprediksi mengalami curah hujan rendah.
Meskipun Mei dan Juni 2024 diproyeksikan dalam kategori rendah-menengah secara umum, wilayah seperti Kalimantan, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua tetap berpotensi mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi.
“Informasi ini diharapkan dapat memberikan panduan yang jelas dan mudah dipahami bagi petani serta pemangku kepentingan sektor pertanian, terutama peserta rapat koordinasi dari Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, dalam menyusun strategi adaptasi dan pengelolaan risiko menghadapi dinamika iklim tahun 2024,” tambahnya.
(maf)