Badung, Bali (ANTARA) – Perempuan modern harus merenungkan perjuangan Kartini untuk mematahkan batasan-batasan yang diletakkan pada perempuan dan termotivasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa, demikian yang disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga.
“Momentum Hari Kartini merupakan bentuk penghormatan terhadap perjuangan Raden Ajeng Kartini untuk mencapai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki,” ujarnya dalam Konferensi Nasional Perempuan ke-2 di sini, pada hari Sabtu.
Di konferensi tersebut, Menteri Puspayoga membacakan surat Kartini kepada Rosa Manuela Abendanon-Mandri.
Surat Kartini menggambarkan cita-cita dan semangatnya. Pada saat itu, ia masih seorang wanita muda yang hidup dalam “tiga lapis belenggu,” namun ia mampu mematahkan belenggu tersebut dengan kebijaksanaannya.
Meskipun lahir dari kalangan bangsawan, sebagai seorang perempuan, Kartini menghadapi marginalisasi dan ia terus melawan hal tersebut. Ia tidak pernah tunduk pada norma-norma yang menghambat setiap aspek kehidupannya.
“Ia tidak pernah berhenti berpikir, meningkatkan kesadarannya tentang perubahan, tentang penindasan pribumi, dan tentang adatnya,” ujar menteri tersebut.
Upaya untuk mempromosikan kesetaraan perlu terus dilakukan karena Kartini dengan gigih berjuang untuk pembebasan perempuan dan perjuangan yang ia mulai belum berakhir.
Dengan membacakan surat Kartini dalam konferensi, yang diselenggarakan di Pusat Kebudayaan Giri Nata Mandala, Puspayoga ingin memperhatikan perjuangan Kartini 145 tahun yang lalu.
Konferensi tersebut mengemukakan aspirasi dan kepentingan perempuan, penyandang disabilitas, masyarakat adat, komunitas yang terpinggirkan, pekerja migran, perempuan kepala keluarga, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, dan korban kekerasan dan bencana.
Para peserta menyuarakan aspirasi mereka melalui sembilan agenda utama untuk perempuan, penyandang disabilitas, dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.
Agenda-agenda utama tersebut akan menjadi saran untuk dokumen perencanaan pembangunan lima tahun di tingkat nasional dan regional.
Berita terkait: Konferensi Indonesia menegaskan hak-hak perempuan dalam agenda nasional
Penerjemah: Sugiharto P, Kenzu
Editor: Bayu Prasetyo
Hak cipta © ANTARA 2024