Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi Gelar Rapat Pukul 03.00 Pagi, Pimpinan Oposisi Sindir: Kebijakan yang Tak Wajar

Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, mengadakan rapat darurat dengan stafnya pada jam 3 pagi. Tindakan ini langsung memicu perdebatan nasional tentang budaya kerja berlebihan di Jepang, seperti dilaporkan The New York Times.

Rekaman CCTV menunjukkan Takaichi meninggalkan rumahnya di Tokyo pada Jumat dini hari untuk memeriksa dokumen sebelum sidang anggaran parlemen pukul 9 pagi. Rapatnya dilaporkan berlangsung hampir tiga jam dan melibatkan beberapa staf.

Kejadian ini mendapat kritik tajam di negara di mana masalah ‘karōshi’ atau kematian karena kerja terlalu keras masih menjadi keprihatinan serius. Pemimpin oposisi dan mantan PM Yoshihiko Noda menyebut keputusan ini “gila”, dan menegaskan tidak ada pemimpin yang seharusnya meminta staf bekerja pada jam seperti itu.

“Semua orang sedang tidur pada jam segitu. Ini adalah sikap yang menyedihkan bagi seorang pemimpin nasional,” kata Noda.

Takaichi, yang menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang bulan lalu, membela diri di Parlemen. Dia beralasan bahwa mesin faks di rumahnya tidak berfungsi dan dia harus segera memeriksa dokumen. Dia mengakui telah menyebabkan ketidaknyamanan bagi stafnya, tapi menekankan bahwa rapat pagi-pagi sekali itu diperlukan untuk menyiapkan tanggapan bagi anggota parlemen.

Pendukungnya di Partai Demokrat Liberal membelanya dan menyalahkan pihak oposisi yang mengajukan pertanyaan terlalu mepet. Beberapa pemimpin bisnis juga membela Takaichi, dengan alasan bahwa pemimpin nasional, seperti polisi dan dokter, diharapkan siap bekerja kapan saja.

MEMBACA  Inggris Menolak Rencana Israel Pasca Perang di Gaza