Penyelidikan Indonesia terhadap kasus dugaan anthrax di Yogyakarta

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian Indonesia sedang menyelidiki kasus dugaan antraks di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

\”Kami telah mengirim tim untuk melakukan pelacakan, pengambilan sampel, dan memberikan petunjuk kepada pemilik ternak,\” kata Agung Suganda, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, pada hari Kamis.

Ia menyatakan bahwa Pusat Veteriner Wates (BBVet), sebuah unit teknis Kementerian Pertanian, telah dikerahkan untuk menyelidiki kasus tersebut.

BBVet Wates juga berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat, serta Dinas Kesehatan, untuk memantau dan menilai kesehatan pemilik ternak dan orang-orang yang telah kontak dengan hewan yang terinfeksi.

Kepala BBVet Wates, Hendra Wibawa, melaporkan bahwa tim telah membersihkan kandang yang terkena secara menyeluruh untuk menghilangkan kuman dan membatasi penyebaran penyakit.

\”Ternak harus diisolasi dan tidak boleh dipindahkan. Akses ke area harus dibatasi, dan langkah-langkah biosekuriti harus diterapkan untuk mencegah paparan dengan hewan lain,\” katanya.

Wibawa mengkonfirmasi bahwa pengobatan antibiotik telah diberikan kepada ternak yang terinfeksi, diikuti dengan vaksin antraks setelah periode pengobatan antibiotik selesai.

\”Untuk daerah di luar lokasi infeksi, vaksin antraks harus diberikan kepada ternak yang sehat secepat mungkin untuk mencegah penularan penyakit,\” tambahnya.

Ia mencatat bahwa tidak ada kasus penularan yang dilaporkan di antara ternak lain, dan tidak ada gejala klinis yang diamati pada manusia.

\”Kementerian Pertanian akan terus memantau dan mengelola situasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi kesehatan baik hewan maupun manusia,\” tegasnya.

Antraks umumnya ditemukan pada ternak dan hewan liar, menghadirkan risiko penularan ke manusia. Daging dari ternak yang terinfeksi antraks tidak boleh dikonsumsi, karena dapat menyebarkan bakteri ke manusia.

MEMBACA  Rencana Prabowo Mengenai Kelapa Sawit, Bukan Deforestasi Malah Reforestasi

Berita terkait: Hujan dapat mempercepat penyebaran spor antraks: BRIN

Berita terkait: Hindari menggunakan lahan yang terinfeksi spor antraks: dinas pertanian

Penerjemah: Muhammad Harianto, Resinta Sulistiyandari
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2025