Jumat, 26 September 2025 – 00:18 WIB
Jakarta, VIVA – Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri memberikan asistensi dalam penanganan kasus dugaan keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilakukan polda-polda.
Baca Juga:
Terungkap! Ternyata Hanya Ada Satu Sosok Pengumpul Uang Korupsi Kuota Haji
"Kami melakukan asistensi proses penanganannya supaya kami bisa dapatkan fakta untuk keamanan pangan itu sendiri," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Polisi Helfi Assegaf di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis.
Bupati Bandung Barat, Ritchie Ismail meninjau korban keracunan MBG
Baca Juga:
Nasib SPPG yang Ada Kasus Keracunan, Operasionalnya Dihentikan Minimal 14 Hari
Asistensi itu meliputi pengecekan proses penjagaan keamanan makanan yang akan disajikan, mulai dari hulu hingga hilir. "Nanti dari hasil pengecekan dan asistensi itu, tentunya muaranya memberikan rekomendasi kepada pemerintah terutama kepada penyelenggara MBG itu sendiri," katanya.
Baca Juga:
Wawan Kabur usai Bunuh Keluarga Mantan Istri, Kini Ditemukan Tewas di Hutan
Dittipideksus Bareskrim Polri telah mengunjungi beberapa daerah untuk memberikan asistensi, salah satunya di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Pada Rabu 24 September, tim penyidik Bareskrim Polri meninjau dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Banggai Kepulauan usai insiden dugaan keracunan program MBG.
"Kami mendampingi tim Bareskrim yang datang langsung untuk melihat kondisi di lokasi," kata Kapolres Banggai Kepulauan Ajun Komisaris Besar Polisi Ronaldus Karurukan.
Tim yang dipimpin Penyidik Tindak Pidana Madya Tingkat II dari Dittipideksus Bareskrim Polri Komisaris Besar Polisi Afrisal tiba di lokasi pada Rabu 24 September, untuk melakukan pemeriksaan lapangan sekaligus mengumpulkan data dan informasi terkait kasus tersebut.
Kapolres mengatakan pihaknya mendampingi penyidik dalam peninjauan menyeluruh di dapur SPPG, yang diduga menjadi sumber tempat makanan diolah.
Tim penyidik berdialog dengan karyawan Badan Gizi Nasional (BGN) dan memeriksa setiap ruangan di dapur untuk mengidentifikasi potensi penyebab kejadian.
Sementara itu, data Rumah Sakit Trikora Salakan mencatat sebanyak 335 siswa mengalami gejala sakit perut dan mual setelah mengonsumsi makanan pada hari kejadian, Rabu 17 September 2025.
Kapolres menegaskan bahwa status kasus ini masih dalam proses penyelidikan, dan tim masih terus berupaya mengumpulkan bukti yang kuat. (Ant)