Peninggalan prajurit Jepang Perang Dunia II ditemukan di Papua Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mengkonfirmasi penemuan sembilan jenazah yang diduga prajurit Jepang yang tewas selama Perang Dunia II di Distrik Biak Numfor, Papua.

Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mengatakan penemuan tersebut dapat memperkuat pemahaman sejarah bagi wisatawan Jepang yang mengunjungi wilayah tersebut.

“Mereka dapat datang, belajar, dan memahami bahwa dampak Perang Dunia II mencapai daerah terpencil seperti Biak Numfor,” katanya.

Dia mencatat bahwa kementerian telah berkolaborasi dengan pemerintah Jepang dan otoritas distrik Biak Numfor sejak 2019 untuk menyelesaikan nasib jenazah dari era Perang Dunia II yang ditemukan di wilayah tersebut.

Sebuah tim teknis gabungan telah bekerja sejak 2019 untuk menggali, mengidentifikasi, dan memulangkan jenazah prajurit Jepang di provinsi Papua dan Papua Barat. Sembilan jenazah ditemukan selama misi terbaru tim pada 20-30 Mei.

Kementerian sedang mendiskusikan pemulangan dengan otoritas Jepang. Namun, Farid menyatakan bahwa opsi yang paling mungkin adalah menjaga jenazah di lokasi Biak Numfor.

“Banyak kasus di seluruh dunia di mana prajurit yang meninggal di tanah asing dimakamkan di sana,” kata Farid.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menganalisis dan mengidentifikasi jenazah untuk memastikan bahwa mereka adalah prajurit Jepang. Jika tidak dipulangkan, mereka akan dimakamkan kembali di Biak Numfor.

Fransisco Olla, pejabat distrik Biak Numfor, mengatakan penemuan ini diharapkan dapat memperkuat pariwisata lokal. Dia menekankan hubungan emosional dan sejarah yang dimiliki wilayah tersebut dengan Jepang karena Perang Dunia II, di mana setidaknya 3.000 prajurit Jepang tewas di sana.

Berita terkait: 20.000 kerangka prajurit kita di Papua: Jepang
Berita terkait: Jepang terus melakukan pemulangan jenazah prajurit dari Papua

MEMBACA  GP Ansor Banten Mengungkapkan Filosofi Mendalam dari Kongres XVI di Kapal Pelni

Translator: Lintang Budiyanti, Nabil Ihsan
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024