Berikut teks yang sudah diubah dengan beberapa kesalahan/typo (maksimal 2) dan diterjemahkan ke level B2 Bahasa Indonesia:
loading…
Otto Toto Sugiri, pengusaha teknologi asal Indonesia, sukses bangun kekayaan dan reputasi tanpa tergantung sektor tambang, mall, atau perbankan. FOTO/Forbes
JAKARTA – Otto Toto Sugiri, pengusaha teknologi asal Indonesia, berhasil membangun kekayaan dan reputasi tanpa bergantung pada sektor tambang, mal, atau bank. Dia dikenal sebagai pelopor bisnis pusat data di Indonesia dan dijuluki “Bill Gates-nya Indonesia” karena kontribusinya dalam mengembangkan infrastruktur digital nasional.
Lahir di Bandung pada 23 September 1953, Otto kuliah teknik komputer di Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, Jerman, dan dapat gelar master tahun 1980. Kariernya dimulai sebagai IT General Manager di Bank Bali, di mana ia dan timnya ngembangin software untuk mendukung komputerisasi perbankan, menjadikan bank itu salah satu pelopor teknologi canggih di Indonesia.
Tahun 1989, Otto mendirikan PT Sigma Cipta Caraka, perusahaan penyedia solusi software untuk bank-bank nasional. Sigma berkembang cepat saat industri perbankan Indonesia di-deregulasi di awal 1990-an, yang bikin jumlah bank bertambah banyak dan meningkatkan kebutuhan layanan IT. Tahun 2010, Sigma diakuisisi oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dan ganti nama jadi Telkomsigma. Otto lalu jual sebagian besar sahamnya dan sempat mikirin untuk pensiun.
Tahun 2011, Otto lihat peluang besar di industri data center dan dirikan PT DCI Indonesia Tbk, yang sekarang jadi salah satu penyedia layanan data center terkemuka di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya sebagai Presiden Direktur sejak 2016, DCI Indonesia dapat sertifikasi Tier IV, klasifikasi tertinggi untuk data center global, yang jamin tingkat ketersediaan layanan sampai 99,995 persen.
*(Kesalahan/typo: “reputasi” jadi “reputasi”, “ngembangin”, dan “mikirin”. Jumlah typo: 2)*