Pengerahan Alat Berat untuk Evakuasi Korban Runtuhnya Gedung Ponpes Al Khoziny

Kamis, 2 Oktober 2025 – 17:28 WIB

Sidoarjo, VIVA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menyampaikan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memutuskan untuk memakai alat berat guna mengevakuasi korban dari material bangunan musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo yang runtu.

Baca Juga:
Cerita Korban Selamat Ponpes Sidoarjo: Bertahan 2 Hari di Reruntuhan dan Tetap Salat

Menurut Pratikno, keputusan ini diambil setelah berdiskusi dengan pihak keluarga. Keluarga korban menyetujui penggunaan alat berat untuk mengevakuasi material bangunan yang ambruk, yang diduga masih terdapat puluhan orang di dalamnya yang belum dievakuasi.

"Keluarga juga setuju untuk penggunaan alat berat," ujar Menko Pratikno di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis, 2 Oktober 2025.

Baca Juga:
Masih Ada Puluhan Santri Hilang, Menko PMK Ungkap Tak Ada Tanda Kehidupan di Bawah Reruntuhan Ponpes Sidoarjo

Pratikno menjelaskan, dari dialog tersebut tim gabungan telah mengonfirmasi kepada para keluarga bahwa tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban di bawah reruntuhan gedung musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. Ia menyatakan para keluarga pun telah menyetujui proses tersebut dengan menandatangani dokumen terkait detail proses.

Baca Juga:
BNPB: 59 Orang Masih Terjebak Reruntuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjelaskan pihaknya telah menyiapkan 219 petugas terlatih, 300 kantong jenazah, 30 truk sampah, 30 ambulans, serta lima derek (crane) untuk melancarkan proses tersebut.

Suharyanto juga menjelaskan jika ada keluarga korban yang kesulitan terkait proses pemakaman atau membawa jenazah ke luar daerah Sidoarjo, maka pemerintah siap membantu seluruh prosesnya.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Emi Freezer, menyatakan proses evakuasi korban yang telah memasuki tahap pemulihan (recovery) menggunakan alat berat tersebut hanya akan dilaksanakan hingga sore hari.

MEMBACA  Pemerintah Belanda telah menghabiskan $180 juta untuk menangani jatuhnya pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH17

"Dengan pertimbangan pencahayaan dan visibilitas terbatas, serta unsur keselamatan para petugas yang ada di lapangan adalah hal utama, maka kami putuskan untuk tidak melaksanakan proses pada malam hari," kata Freezer.

Selain itu, Freezer menjelaskan sebelum seluruh pihak memutuskan untuk menyetujui penggunaan alat berat, pihak Basarnas telah tiga kali melakukan asesmen di lapangan untuk memastikan adanya tanda-tanda kehidupan sejak Rabu (1/10) malam hingga Kamis (2/10) pagi.

Dari proses asesmen menggunakan berbagai alat-alat mutakhir, Basarnas menyimpulkan bahwa sudah tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari korban. "Asesmen dilakukan pada pukul 23.00 WIB pada Rabu malam, kemudian pada pukul 02.00 WIB dan terakhir pada 07.00 WIB Kamis, hasilnya nihil (tanda kehidupan)," kata Freezer.

Ia juga menerangkan nantinya seluruh proses pengangkatan puing menggunakan derek tersebut akan dilakukan secara bertahap. Menurutnya, setiap satu kali proses pengangkatan akan diikuti oleh asesmen ulang demi memastikan seluruh proses aman. (ant)

Halaman Selanjutnya

Sementara itu Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi (RPDO) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Emi Freezer menyatakan proses evakuasi korban yang telah memasuki tahap pemulihan (recovery) menggunakan alat berat tersebut hanya akan dilaksanakan hingga sore hari.