Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menyatakan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada kurangnya kesiapan lulusan universitas.
Dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR pada Rabu, menteri menekankan peran deindustrialisasi di negara ini sebagai salah satu faktor penyebab naiknya angka pengangguran.
“Artinya, belum tentu karena lulusan kita tidak siap kerja,” jelasnya.
Dia mencatat bahwa sebagian masalah mungkin terletak pada kesiapan industri dalam menerima lulusan baru. Beberapa industri mungkin belum siap menyerap lulusan segar, ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini dari sisi pendidikan, dia menginformasikan bahwa kementerian telah bekerja sama dengan berbagai industri, baik BUMN maupun swasta, untuk membantu meningkatkan penyerapan lulusan baru di pasar kerja.
“Kami juga berkolaborasi dengan berbagai pihak, kementerian, dan BUMN untuk mendorong hilirisasi produk riset. Ini akan membantu membangun industri baru dan memperluas ekonomi melampaui industri yang ada,” kata Yuliarto.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia naik jadi 7,28 juta per Februari 2025.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menekankan bahwa sinergi nasional sangat penting untuk menyelesaikan tantangan di sektor ketenagakerjaan dan memajukan pembangunan Indonesia.
Dia menekankan pentingnya memberikan kesempatan dan ruang yang sama bagi semua orang untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Menurutnya, partisipasi aktif semua komponen bangsa dapat membantu memaksimalkan upaya pembangunan.
“Ini tantangan besar yang tidak bisa diselesaikan oleh Kemenaker saja. Perlu sinergi dari semua elemen pemerintah dan pemangku kepentingan,” tambahnya.
Berita terkait: Sinergi kunci majukan ketenagakerjaan dan pembangunan Indonesia: menteri
Berita terkait: Indonesia berkomitmen hadapi tantangan ketenagakerjaan global dan regional
Penerjemah: Sean, Kenzu
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025