Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan Indonesia mengonfirmasi bahwa sembilan orang yang positif terpapar Cesium-137 (Cs-137) dalam pemeriksaan whole-body counter (WBC) telah mendapat penanganan di rumah sakit di Jakarta dan berada dalam kondisi sehat tanpa gejala.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, mengatakan temuan ini berasal dari pemeriksaan kesehatan terhadap sekitar 1.562 pekerja dan warga yang tinggal di dekat Kawasan Industri Modern Cikande di Serang, Banten. Pemeriksaan ini dilakukan setelah ditemukannya udang yang terkontaminasi material radioaktif Cs-137.
"Untuk pengobatannya, mereka diberikan obat Prussian blue," kata Muhawarman pada Kamis.
Dia menambahkan bahwa proses deteksi melibatkan beberapa langkah. Dimulai dengan menggunakan survey meter untuk mendeteksi radiasi eksternal pada tubuh dan pakaian. Jika hasilnya positif, pasien menjalani dekontaminasi, yang termasuk mandi, berganti pakaian, dan pemeriksaan ulang.
Setelah itu, tes darah dilakukan untuk mengukur tingkat limfosit. Jika hasil tes menunjukkan kelainan, pemeriksaan WBC dilakukan untuk menentukan tingkat cesium dalam tubuh. Pasien dengan indikasi paparan internal dirujuk ke rumah sakit nasional untuk penanganan lebih lanjut.
Muhawarman menekankan bahwa sebagian besar kasus paparan radiasi yang teridentifikasi sejauh ini dapat ditangani dengan dekontaminasi, pengobatan, dan pemantauan jangka panjang.
Dia menjelaskan bahwa paparan Cs-137 dapat memicu mual, muntah, kelelahan, diare, jumlah limfosit rendah, dan kerusakan kulit. Kasus yang parah dapat menyebabkan pendarahan, infeksi, kegagalan organ, atau kematian. Paparan dosis rendah dalam jangka panjang meningkatkan risiko kanker, melemahkan kekebalan tubuh, dan dapat menyebabkan cacat bawaan pada ibu hamil.
Pemerintah telah meluncurkan komunikasi risiko dan edukasi publik dalam radius 5 kilometer dari lokasi serta meningkatkan pemantauan kesehatan. Pengawasan mungkin akan diperketat jika studi lebih lanjut oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengharuskannya.
Muhawarman mendorong warga untuk berpartisipasi dalam skrining kesehatan di fasilitas medis, mengingat paparan radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia. Dia juga mengajak masyarakat untuk mempertahankan gaya hidup sehat, melaporkan segala gejala paparan kepada tenaga kesehatan, dan menghindari menyebarkan stigma terhadap individu yang terdampak.
"Harap hanya mengandalkan informasi resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kesehatan, Satgas Cs-137, dan pemerintah daerah," tegasnya.
Pemerintah, tambahnya, sedang melakukan dekontaminasi, menyegel area berbahaya, dan memberikan bantuan medis agar masyarakat "tidak perlu terlalu khawatir."
Berita Terkait:
Tes Awal Tidak Menunjukkan Kontaminasi Cesium-137 pada Produk Cengkeh
Pemerintah Mendekontaminasi 10 Titik Radiasi Cesium-137 di Cikande
Penerjemah: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025