Menteri Ketenagakerjaan Yassierli telah menargetkan terciptanya setidaknya satu juta lapangan kerja di sektor kehutanan. Hal ini didorong oleh berkembangnya lapangan kerja hijau serta adopsi praktik agroforestri.
“Kita bisa menargetkan satu juta lapangan kerja di sektor kehutanan dalam tiga sampai empat tahun ke depan,” ujar Menteri Yassierli di Bandung, Jawa Barat, pada hari Selasa.
Untuk mencapai tujuan ini, dia menekankan perlunya upaya bersama dari para pemangku kepentingan terkait, terutama dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia.
Salah satu inisiatif utama oleh Kemnaker dan Kementerian Kehutanan adalah pelaksanaan program pelatihan yang berfokus pada lapangan kerja hijau. Ini mencakup agroforestri, kehutanan sosial, dan penerapan teknologi kehutanan serta pertanian modern.
Yassierli menyatakan bahwa agroforestri memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja sekaligus memanfaatkan hutan sebagai sumber pangan, energi, dan air untuk mendukung kesejahteraan masyarakat—sesuai dengan visi Astacita Presiden Prabowo Subianto.
Yassierli, yang juga merupakan guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB), menyebutkan bahwa program pelatihan agroforestri sekarang sudah memasuki fase ketiga.
Program ini saat ini melibatkan 388 peserta, termasuk lulusan SMKKN, pemuda desa, serta warga dari Serang, Medan, Padang, Majalengka, dan Kabupaten Bandung Barat.
“Kami akan memperkuat program ini dan mengembangkan ekosistem serta model bisnisnya. Nantinya juga akan ada pengolahan dan hilirisasi, yang pasti akan memberikan dampak besar. Pada akhirnya, semuanya tergantung pada etos kerja—kita akan lebih produktif jika mengelola agroforestri dan kehutanan sosial dengan efisien,” ujarnya.
Dia mendorong peserta untuk memanfaatkan pelatihan ini dengan memperluas jaringan dan meningkatkan keterampilan agar tetap relevan di dunia kerja yang terus berubah.
“Kami akan terus mengembangkan ekosistem, yang pada akhirnya akan melibatkan offtaker untuk menerima dan membeli hasil pertanian dari agroforestri dan kehutanan sosial untuk diolah lebih lanjut,” tambahnya.
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira, Martha Herlinawati Simanjunt
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025