Deputi Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Christina Aryani membahas peningkatan penempatan dan perlindungan pekerja migran di Jepang dalam pertemuan dengan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA).
Hal ini penting mengingat laporan beberapa kasus yang melibatkan eksploitasi pekerja migran Indonesia di Jepang, baik yang berangkat dalam skema mandiri (pekerja terampil khusus / SSW) maupun yang mengikuti program magang.
“Kami diberi mandat untuk memastikan tidak ada lagi eksploitasi terhadap pekerja migran,” kata Aryani dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Senin.
Sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan pengiriman uang, ia menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan jumlah penempatan pekerja migran Indonesia di berbagai negara, termasuk Jepang.
“Kami telah memetakan, dan salah satu negara penempatan yang menarik—dan kami melihat bahwa masih dapat dieksplorasi lebih lanjut—adalah Jepang. Kami melihat bahwa Jepang juga merupakan salah satu tujuan favorit bagi pekerja migran Indonesia,” tambahnya.
Ia menggambarkan skema pemerintah-ke-pemerintah untuk penempatan pekerja kesehatan dan perawat sebagai sangat menarik.
Namun, membangun kompetensi dan keterampilan bahasa penting untuk memanfaatkan peluang ini.
Karenanya, ia mendorong politeknik kesehatan dan institut ilmu kesehatan untuk mulai menyertakan bahasa Jepang dalam kurikulum mereka.
“Jadi ketika mereka (pekerja kesehatan dan perawat) lulus, mereka tidak memulai dari nol untuk kompetensi bahasa Jepang mereka,” jelasnya.
Ia juga menyoroti sistem penempatan pekerja migran di Jepang.
Ia menganggap skema penempatan melalui perusahaan penempatan pekerja migran lebih aman dibandingkan dengan berangkat secara mandiri atau direkrut oleh agen dari luar negeri ke sekolah-sekolah.
“Ada jaminan perlindungan bagi pekerja migran yang dapat kami pastikan terpenuhi,” katanya.
Pengembangan sumber daya manusia juga menjadi salah satu fokus kerja sama antara pemerintah Indonesia dan JICA, yang telah berjalan sejak 2016.
Pengembangan kerja sama meliputi forum sumber daya manusia, dukungan untuk politeknik kesehatan di Indonesia, pelatihan magang teknis, studi pascasarjana, dan peningkatan profesional kesehatan serta pemberdayaan pekerja migran yang telah bekerja di Jepang.
Berita terkait: Kementerian meminta mahasiswa kesehatan untuk memanfaatkan lowongan pekerjaan di luar negeri
Berita terkait: Indonesia mengejar kemitraan keperawatan dengan Jepang
Penerjemah: Katriana, Yashinta Difa
Editor: Rahmad Nasution
Hak cipta © ANTARA 2025