Pemerintah akan membentuk tim untuk memastikan bahan bakar yang dijual memenuhi spesifikasi.

“Jakarta (ANTARA) – Menanggapi kekhawatiran masyarakat terkait kualitas bahan bakar akibat dugaan korupsi dalam impor minyak oleh Pertamina, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa dia akan membentuk tim untuk memeriksa spesifikasi bahan bakar.

“Kami akan membentuk tim untuk memeriksanya sehingga orang (dapat yakin) bahwa mereka membeli bahan bakar berdasarkan spesifikasi dan harga yang benar,” katanya di sini pada hari Rabu.

Terkait pembelian RON 90 dan RON 92, dia menekankan pentingnya untuk meningkatkan pengaturan izin impor bahan bakar.

Saat ini, kata dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang berupaya memperbaiki masalah tersebut dengan memberikan izin impor bahan bakar selama enam bulan, bukan satu tahun, setiap kali.

“Saat ini, kami mengeluarkan izin impor bahan bakar bukan untuk jangka waktu satu tahun sekaligus. Kami memperbarui periode menjadi enam bulan, dengan evaluasi setiap tiga bulan,” paparnya.

Selain itu, katanya, pemerintah akan berupaya untuk mengolah minyak mentah secara domestik.

“Nanti, kami akan menyuruh minyak yang baik untuk dicampur,” katanya.

Kejaksaan Agung telah menangkap tiga eksekutif Pertamina, termasuk direktur utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, atas dugaan korupsi terkait impor minyak yang merugikan negara sebesar US$12 miliar.

Penyidik menemukan indikasi bahwa para tersangka dengan sengaja menyusun kebijakan untuk mengurangi produksi minyak di kilang dalam negeri, membuka jalan bagi impor dalam skala besar.

Namun, sesuai dengan peraturan yang berlaku, pasokan minyak mentah domestik harus menjadi prioritas sebelum impor dari negara lain.

Kejaksaan Agung menyatakan bahwa dalam pengadaan produk kilang oleh Pertamina Patra Niaga, Riva melakukan pembelian atau pembayaran untuk bahan bakar RON 92, padahal sebenarnya dibeli bahan bakar RON 90 atau kelas lebih rendah.

MEMBACA  Ganjar mengusulkan kartu identitas tak terkalahkan bagi penyandang disabilitas

Bahan bakar yang dibeli dicampur di gudang atau depot untuk menghasilkan RON 92.

PT Pertamina membantah berita bahwa bahan bakar RON 92-nya (Pertamax) dicampur dengan bahan bakar RON 90 (Pertalite), menegaskan bahwa Pertamax yang saat ini dijual memenuhi spesifikasi.

“Kami memastikan bahwa produk yang telah sampai ke konsumen sesuai dengan spesifikasinya masing-masing,” kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, pada hari Selasa.

Berita terkait: Presiden yakin bisa mengakhiri impor bahan bakar dalam lima tahun

Berita terkait: PPN 12% tidak akan memengaruhi harga bahan bakar: Menteri Lahadalia

Berita terkait: Tidak ada impor minyak, gas dari Iran: Indonesia

Copyright © ANTARA 2025″

Tinggalkan komentar