Pemberontak Papua membunuh warga sipil, bukan personel TNI: kementerian

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa kelompok separatis Papua membunuh 11 warga sipil Indonesia di Yahukimo, Papua Tinggi, menambahkan bahwa korban tersebut bukan, seperti yang diklaim oleh kelompok tersebut, agen intelijen yang menyamar menjadi warga sipil.

Dalam pernyataan pers yang dikeluarkan di Jakarta pada hari Kamis, Kepala Biro Informasi kementerian, Brigadir Jenderal Frega Wenas Inkiriwang, mengatakan bahwa tuduhan kelompok bersenjata terhadap Angkatan Bersenjata Nasional Indonesia (TNI) terlibat dalam aktivitas pertambangan ilegal di Papua adalah palsu.

Personel militer Indonesia yang bertugas di wilayah tersebut hanya bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan melindungi warga sipil, tambahnya.

Dia menegaskan bahwa Indonesia tetap teguh dalam komitmennya untuk memprioritaskan cara-cara hukum dan damai dalam mengatasi gerakan separatisme di wilayah Papua.

Dia mengatakan bahwa pemerintah mengakui perlunya mengadopsi pendekatan komprehensif dan melampaui fokus pada aspek keamanan untuk mengelola wilayah paling timur Indonesia.

Inkiriwang menekankan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan terpancing oleh propaganda kekerasan dan disinformasi sistematis yang disebarkan oleh kelompok bersenjata dengan tujuan menyesatkan dan menimbulkan ketakutan pada publik, terutama komunitas non-Papua yang terlibat dalam aktivitas ekonomi lokal.

Terkait berita: Indonesia mengembalikan ketertiban di Papua Tinggi setelah serangan terhadap guru

Dalam hal ini, dia menunjukkan bahwa pemberontak yang terkait dengan gerakan separatis Papua telah berupaya mempromosikan narasi berbahaya dengan menyamakan warga sipil—termasuk guru, tenaga medis, dan pekerja konstruksi—dengan petugas keamanan.

Oleh karena itu, pembunuhan 11 warga sipil dapat dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum nasional dan internasional, tambahnya.

Pejabat tersebut menginformasikan bahwa Kepolisian Negara (Polri) telah memulai operasi untuk mengambil kembali jenazah 11 warga sipil—yang telah diidentifikasi dan dikonfirmasi sebagai penambang emas ilegal—yang tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok bersenjata di bawah pimpinan Elkius Kobak pada 6 April 2025.

MEMBACA  Nikita Mirzani Berani Melaporkan Warganet yang Mengedit Wajah Putrinya untuk Dibully

TNI sebelumnya telah membuat pernyataan serupa, membantah rumor tentang personelnya yang melakukan operasi intelijen dengan menyamar menjadi warga sipil.

Brigadir Jenderal Kristomei Sianturi, Kepala Pusat Informasi TNI, mengatakan kepada media di Jakarta pada hari Rabu bahwa anggota kelompok bersenjata menyebarkan narasi palsu tersebut untuk menghindari diberi label sebagai pelanggar hak asasi manusia setelah perbuatan mereka yang kejam.

Berita terkait: Papua Tinggi berupaya meningkatkan indeks pembangunan manusia

Reporter: Tegar Nurfitra
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2025