Di Pulau Lombok, Upaya Konservasi Penyu dan Tantangannya
Di Lombok, Nusa Tenggara Barat, seorang pria bernama Masnun (47) telah mendedikasikan hidupnya untuk melindungi penyu laut melalui kelompok konservasi Kerabat Penyu Lombok. Ia memimpin upaya menjaga spesies ini dan pantai tempat mereka bertelur.
Suatu hari, ia menyusuri Pantai Kuranji Dalang di Kabupaten Lombok Barat dan berhenti di bawah teduhnya pohon pinus australia setinggi 10 meter. Pantai ini adalah salah satu tempat favorit penyu untuk bertelur.
Pulau Lombok merupakan habitat alami tiga spesies penyu laut: penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Mereka sering ditemukan di sepanjang pesisir utara pulau, termasuk Lombok Barat.
Sebelum ada upaya konservasi kelompok ini, banyak warga setempat yang berburu telur penyu untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar tradisional. Akibatnya, populasi penyu laut terus menurun, menimbulkan kekhawatiran dan mendorong tindakan untuk membalikkan tren ini.
Menyadari krisis yang mengancam, semakin banyak warga yang mulai memahami nilai ekologis dari penyu laut. Kesadaran yang tumbuh ini meyakinkan mereka untuk tidak mengganggu reptil tersebut, sehingga penyu dapat bertelur di sarang semi-alami dalam zona konservasi.
Tantangan
Hanya mengenakan kaus polo dan sarung, Masnun berjalan menyusuri Desa Kuranji Dalang menuju tempat penetasan penyu, membawa cangkir air mineral bekas di tangannya. Cangkir itu ia gunakan sebagai wadah sementara untuk ikan-ikan kecil beku yang ia bawa sebagai pakan.
Di tempat penetasan, ia segera menaruh ikan-ikan itu ke dalam baskom berair, berharap mencairkannya dengan cepat. Merasa kehadirannya, empat ekor penyu laut perlahan berenang ke tepi kolam, mengantisipasi makanan favorit mereka. Untuk memudahkan pemberian makan, Masnun memotong ikan menjadi bagian-bagian lebih kecil sebelum menaburkannya ke kolam. Ia lalu mengamati penyu-penyu itu satu per satu, raut wajahnya berubah lembut saat melihat mereka makan.
Kelompok Kerabat Penyu Lombok melaporkan bahwa sekitar seribu telur penyu telah menetas dalam setahun terakhir, dengan hamparan luas laut menyambut bayi-bayi penyu yang berjuang menuju alam liar di Pantai Kuranji Dalang.
“Masih ada saja masyarakat yang berburu telur penyu untuk dijual. Menanggapi itu, kami sering membeli telur-telur tersebut sendiri karena jika dijual di pasar, mereka bisa berhadapan dengan hukum,” kata Masnun pada pertengahan November 2025.
Didirikan pada 2015, kelompok konservasi penyu pimpinan Masnun hanya memiliki tiga anggota aktif. Satu dekade berlalu, kelompok ini terus menghadapi tantangan, terutama kebiasaan warga lokal membuang sampah sembarangan dan berburu telur penyu di sepanjang pantai.
Mereka yang mengonsumsi telur tersebut seringkali tidak menyadari bahwa penyu laut adalah spesies laut yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Penyu laut telah diklasifikasikan sebagai spesies terancam punah baik secara internasional maupun nasional.
Indonesia telah meratifikasi beberapa perjanjian global, termasuk Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), yang melarang perdagangan komersial semua spesies penyu laut. Indonesia telah memasukkan CITES ke dalam hukum dan kebijakan domestik, sehingga melarang segala aktivitas yang mengancam kelangsungan hidup penyu laut dan habitatnya.
Muhammad Barmawi, kepala sebuah Pusat Pemantauan Sumber Daya Pesisir dan Laut setempat di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menyatakan bahwa pemerintah tetap berkomitmen pada pengawasan efektif dan edukasi publik mengenai status terancam punah penyu laut.
Ia menekankan bahwa pusat pemantauan telah bekerja sama dengan Polsus PWP3K KKP dalam patroli yang bertujuan mencegah warga berburu telur penyu. Selain itu, KKP telah berupaya merumuskan Rencana Aksi Nasional Konservasi Penyu dan Cetacea 2025–2029, dengan konsultasi publik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait telah diselesaikan.
Konsultasi yang melibatkan perwakilan pemerintah pusat dan daerah, WWF Indonesia, serta organisasi masyarakat sipil itu menghasilkan rekomendasi kunci, termasuk mendirikan pusat unggulan untuk konservasi penyu laut di tiga region.
Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, Sarmintohadi, menggambarkan rencana aksi nasional ini sebagai acuan utama untuk menerapkan pendekatan terpadu dan berkelanjutan dalam melindungi spesies laut yang terancam punah.
Peluang Ekowisata
Dalam upaya menyeimbangkan konservasi dengan kesejahteraan masyarakat, pemerintah telah mulai mempromosikan konsep ekowisata—yang menyoroti pentingnya keberlanjutan lingkungan—di Lombok, termasuk di Pantai Kuranji.
Dengan mengintegrasikan apresiasi budaya, kesadaran lingkungan, dan peluang ekonomi, inisiatif ini bertujuan memastikan bahwa wisata berbasis alam tidak hanya menarik pengunjung tetapi juga menjaga lingkungan.
Melalui ekowisata, pemerintah berharap dapat meningkatkan kesadaran publik bahwa pariwisata dapat mendukung konservasi dengan membantu melestarikan habitat penyu dan melindungi ekosistem laut. Pendekatan ini diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dan pemerintah daerah.
Ekowisata bukan sekadar bepergian di lingkungan alam. Ia menekankan pada pengamatan dan pemahaman akan alam dan budaya, mendukung konservasi, serta mengutamakan layanan yang disediakan oleh masyarakat lokal untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Pada akhirnya, ekowisata dapat digambarkan sebagai bentuk pariwisata yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip hijau dan ramah lingkungan. Strategi pengembangannya berakar kuat pada konservasi.
Saptono Waspodo, pakar ilmu kelautan dari Universitas Mataram, berpendapat bahwa sangat penting bagi pemerintah untuk membimbing masyarakat pesisir kepada sumber pendapatan alternatif yang ramah lingkungan agar mereka tidak lagi bergantung pada penjualan telur penyu.
“Konservasi tidak akan berjalan baik jika kebutuhan masyarakat belum terpenuhhi. Perburuan penyu terjadi karena kebutuhan dasar orang-orang belum terpenuhi,” ujarnya.
Sebagai bangsa besar dengan wilayah maritim luas dan keanekaragaman hayati laut yang kaya, sudah sewajarnya Indonesia ikut dalam tanggung jawab global untuk memastikan kelangsungan hidup spesies laut yang terancam punah.
Melalui undang-undang dan peraturan yang telah ada, serta perumusan berkelanjutan rencana aksi nasional, pemerintah Indonesia telah menyatakan tekadnya untuk menjaga negara ini tetap menjadi habitat yang aman dan berkembang bagi penyu laut.
Namun, partisipasi aktif dari masyarakat luas tetap penting untuk membuka jalan bagi langkah-langkah konservasi yang efektif. Dengan kata lain, baik kebijakan pemerintah maupun kesadaran lingkungan publik sangat vital bagi tujuan ini.