Pelabuhan Krueng Geukueh di Kabupaten Aceh Utara telah menjadi pusat pendistribusian bantuan bagi warga yang terdampak banjir di beberapa kabupaten dan kota di Aceh, kata seorang pejabat pada Minggu.
“Pelabuhan Krueng Geukueh sekarang berfungsi sebagai titik distribusi untuk bantuan banjir,” ujar Menteri Dalam Negeri Indonesia, Tito Karnavian, saat memeriksa pelabuhan tersebut pada hari Minggu.
Dia menjelaskan bahwa akses ke beberapa daerah yang terdampak banjir telah terputus karena jalan yang rusak.
Pengiriman bantuan ke Kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe hanya dapat dilakukan melalui laut setelah beberapa jembatan di Kabupaten Bireuen runtuh.
“Sementara itu, bantuan untuk korban banjir di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya masih bisa diangkut melalui darat. Saya harap Pelabuhan Krueng Geukueh dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendukung upaya penanganan banjir di wilayah ini,” tambahnya.
Karnavian mencatat bahwa stok beras untuk masyarakat, khususnya di Kota Lhokseumawe, masih cukup setelah banjir, meskipun pasokan tambahan diperlukan untuk memastikan ketersediaan yang berlanjut.
“Pelabuhan Krueng Geukueh juga dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang penting bagi warga. Sampai sekarang, sebagian besar pasokan telah tiba melalui jalur darat dari Medan di Sumatera Utara atau dari Banda Aceh,” jelas dia.
Dia lebih lanjut menekankan bahwa pelabuhan itu digunakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) untuk mengirimkan perlengkapan, termasuk perahu karet dan peralatan lainnya.
“Setelah menyelesaikan pemeriksaan ini, kami akan melaporkan temuan kami kepada kementerian terkait untuk memperkuat langkah-langkah penanggulangan banjir di Provinsi Aceh, khususnya mengenai distribusi bantuan,” kata Karnavian.
Curah hujan deras yang dipicu oleh siklon tropis langka di Selat Malaka mengakibatkan banjir dan tanah longsor yang meluas di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat minggu ini. Korban jiwa telah meningkat menjadi lebih dari 300 orang, dengan hampir 280 orang masih hilang dan sekitar 80.000 warga mengungsi.
Operasi penyelamatan masih sulit karena jalan yang runtuh, jembatan yang rusak, dan akses yang terbatas ke komunitas terpencil. Pihak berwenang, didukung oleh militer dan polisi, melanjutkan upaya pencarian dan bantuan, sementara tempat penampungan darurat dan persediaan makanan terus didistribusikan kepada para penyintas.
Berita terkait: Indonesia selidiki hubungan penebangan liar dalam puing banjir Sumatra
Berita terkait: BNPB kirim 27 ton bantuan ke kabupaten Aceh yang tidak terjangkau