Lebak, Banten (ANTARA) – Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) mendorong para penambang ilegal untuk ikut menjaga hutan konservasi. Mereka memperingatkan bahwa kerusakan yang berlanjut berisiko memicu bencana di masa depan.
Kepala Taman Nasional Budi Chandra menyatakan pihaknya meningkatkan edukasi dan pendekatan untuk membujuk para penambang menghentikan aktivitas yang merusak hutan.
Pemantauan rutin dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko ekologis, katanya. Bencana-bencana baru-baru ini di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh menunjukkan konsekuensi dari penurunan kualitas lingkungan.
Patroli mingguan menjangkau zona taman nasional seluas 105.072 hektar yang membentang di Kabupaten Lebak, Bogor, dan Sukabumi.
Tim lapangan secara berkala mengunjungi lokasi penambangan emas ilegal bersama relawan konservasi lokal. Mereka menjelaskan bahaya jangka panjang dan mendorong para penambang untuk berhenti.
Inisiatif ini bertujuan melibatkan penambang ilegal dalam upaya konservasi dengan menjadikan mereka mitra polisi hutan dan tim pengawasan masyarakat.
Chandra menekankan pendekatan persuasif adalah kuncinya. Mengintegrasikan para penambang sebagai sekutu akan membantu mencegah kerusakan ekologis lebih lanjut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banten, Wawan Gunawan, mengatakan pemerintah daerah juga berupaya memperkuat mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan agar tidak kembali ke penambangan ilegal.
Programnya mencakup pelatihan budidaya lebah madu, dukungan untuk budidaya jamur, serta distribusi bibit pohon, pupuk, dan upah untuk kegiatan penanaman.
Wawan menyatakan peningkatan ketahanan ekonomi lokal sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada penambangan ilegal dan memastikan perlindungan jangka panjang kawasan konservasi Halimun Salak.
Penerjemah: Primayanti
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025