Oscar De La Hoya mengutuk pertarungan antara Mike Tyson dan Jake Paul yang dianggapnya sudah diatur dan menyalahkan para petinju atas kemunduran tinju. Menurut De La Hoya, pertarungan antara Tyson dan Paul adalah pertarungan yang mengerikan dan tidak bisa diterima. Dia menegaskan bahwa para petinju lah yang harus disalahkan atas keadaan tinju saat ini.
Dalam segmen media sosial mingguannya ‘Clap Back Thursday’, De La Hoya menyampaikan pendapatnya kepada 1,2 juta pengikutnya di Instagram bahwa pertarungan antara Jake Paul dan Mike Tyson telah diatur dan menambahkan bahwa itu adalah pertarungan yang sangat mengerikan. Dia menyebutnya sebagai angan-angan bagi orang-orang bodoh yang berpikir mereka bisa melihat Tyson kembali ke masa kejayaannya di tahun sembilan puluhan.
Meskipun mengkritik pertarungan antara Tyson dan Paul, De La Hoya memberikan pujian kepada Katie Taylor dan Amanda Serrano yang memberikan pertarungan yang luar biasa dan nyata. Namun, De La Hoya tetap menunjukkan keprihatinannya terhadap kondisi tinju saat ini dengan menanyakan siapa sebenarnya yang harus disalahkan atas kemunduran olahraga tinju. Ia menyoroti bahwa tinju telah mengalami hibernasi dan para petinju saat ini tidak berani menjadi hebat.
De La Hoya menyalahkan para petinju yang lebih memilih pertarungan yang biasa-biasa saja dan hanya peduli tentang bayaran yang mereka terima. Menurutnya, petinju harus memiliki semangat juang dan menghormati olahraga tinju. Dia juga menyinggung tentang bayaran petinju UFC yang dinilainya sangat murah.
De La Hoya juga mengecam selebrasi dengan ikon Meksiko yang dilakukan oleh Berlanga dan menyindir mantan lawannya, Canelo. Dia merasa bahwa tinju saat ini telah kehilangan pesonanya seperti era Mike Tyson, Julio Cesar Chavez, Felix Trinidad, dan dirinya sendiri di tahun sembilan puluhan. Di era 2000-an, tinju diwarnai dengan pertarungan defensif yang membosankan oleh Mayweather dan saat ini, Canelo dianggapnya sebagai petinju paling membosankan tetapi paling populer.
Dengan demikian, De La Hoya menegaskan bahwa para petinju lah yang harus bertanggung jawab atas keadaan tinju saat ini. Mereka harus kembali pada semangat juang dan keberanian seperti para petinju legendaris di masa lalu.