Orang Tua Merasakan Kebahagiaan yang Lebih Bermakna: Hasil Penelitian

Depok, Jawa Barat (ANTARA) – Semakin tua seseorang, kebahagiaan hedonik atau jangka pendek menurun, sedangkan kebahagiaan eudaimonik – yang didapat melalui pengalaman hidup bermakna – meningkat, menurut penelitian seorang mahasiswa Universitas Indonesia.

Penelitian berjudul Konsep Kebahagiaan Menurut Perspektif Perkembangan Psikologi Orang Indonesia dilakukan oleh mahasiswa doktoral Fakultas Psikologi UI, Eko Handayani.

"Kebahagiaan itu subjektif, jadi penting untuk memahami konsep kebahagiaan seseorang sebelum mengukur tingkat kebahagiaannya," kata Handayani di Depok, Selasa.

Misalnya, orang tua dan anak-anak memaknai kebahagiaan secara berbeda. Orang tua sering menganggap anaknya lebih bahagia dibandingkan laporan anak-anak sendiri, jelasnya.

Ini menunjukan adanya perbedaan konsep kebahagiaan antara dua kelompok usia. Perbedaan ini sering memicu salah paham, terutama saat seseorang ingin membahagiakan orang lain tapi tidak tahu caranya.

Seringkali, orang tersebut malah menggunakan konsep kebahagiaannya sendiri sebagai acuan. Handayani menyebut ini egocentric bias.

"Konsep kebahagiaan adalah representasi kognitif dari karakteristik dan pengalaman seseorang tentang kebahagiaan, dan aspek kognitif ini berubah sepanjang hidup," jelasnya.

Perkembangan kognitif memengaruhi konsep kebahagiaan seseorang. Selain itu, perkembangan kognitif juga ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan sosial.

Dia mengatakan kebahagiaan adalah hal paling berharga karena juga meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional, serta menjadi pendorong utama keberadaan manusia.

"Orang yang bahagia cenderung menikmati hidup dan berusaha membuat hidup lebih bermakna. Pentingnya kebahagiaan dalam hidup manusia mendorong banyak peneliti untuk fokus mengukur tingkat kebahagiaan individu dan mengidentifikasi faktornya," tambahnya.

Konsep kebahagiaan di berbagai kelompok usia terkait dengan paradigma hedonik, yang berhubungan dengan perasaan positif. Sedangkan paradigma eudaimonik terkait nilai-nilai seperti kebersamaan, spiritualitas, dan aspek religius.

Penelitian ini menemukan konsep kebahagiaan berbeda di lima kelompok usia: anak-anak, remaja, dewasa muda, dewasa paruh baya, dan lansia.

MEMBACA  Pembeli China membanjiri Jepang untuk memanfaatkan yen yang lemah.

Penelitian terdiri dari dua studi. Studi pertama mengeksplor konsep kebahagiaan di lima kelompok usia. Setidaknya 771 responden berusia 9–75 tahun mengisi survei kualitatif online.

Studi kedua dilakukan setahun kemudian dengan 40 partisipan dari studi pertama yang setuju diwawancarai secara semi-terstruktur. Wawancara bertujuan memahami lebih dalam konsep kebahagiaan mereka dan pengalaman bahagia di masa kecil.

Hasilnya, tiap kelompok usia punya pandangan berbeda. Handayani menyebut anak-anak mengaitkan kebahagiaan dengan aktivitas menyenangkan bersama orang lain.

Remaja mendefinisikan kebahagiaan sebagai sukacita mendapat sesuatu, seperti apresiasi dari orang terdekat. Sementara dewasa muda mengaitkannya dengan pencapaian, dukungan orang terdekat, dan berbuat baik.

Dewasa paruh baya merasa bahagia saat melihat orang lain bahagia, sedangkan lansia menganggap kebahagiaan sebagai keadaan damai tanpa konflik dan kedekatan dengan Tuhan.

Berita terkait: