Olahraga dayung Indonesia, dari PON 2024 hingga Olimpiade Los Angeles

Sebagai Pekan Olahraga Nasional (PON) di Aceh-Sumatera Utara berakhir, atlet lokal mencatat prestasi baru, termasuk dalam olahraga dayung.

PON 2024 diselenggarakan di dua provinsi, Aceh dan Sumatera Utara, pada 8-20 September, dengan total 65 cabang olahraga tradisional dan modern yang dipertandingkan.

Pada PON 2024, terdapat 45 medali emas yang diperebutkan dalam olahraga dayung. Dari jumlah itu, Jawa Barat berhasil meraih medali terbanyak, menjadi juara umum dengan 32 medali, terdiri dari 26 medali emas, empat medali perak, dan dua medali perunggu.

Selama tiga PON berturut-turut, provinsi ini, yang dilatih oleh Mohammad Suryadi, menjadi juara umum dalam kategori olahraga tersebut, mengungguli DKI Jakarta yang menempati posisi kedua dengan empat medali emas, 12 medali perak, dan delapan medali perunggu.

Papua Barat menempati posisi ketiga, dengan tiga medali emas, dua medali perak, dan empat medali perunggu.

Sementara itu, wilayah tuan rumah, Aceh, menempati posisi kesembilan, sementara Sumatera Utara menduduki posisi terakhir, tanpa satu pun medali yang diraih.

Sebenarnya, Aceh, Sumatera Utara, bersama dengan Gunung Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, dan Papua Tengah, diizinkan untuk berkompetisi dalam PON 2024 tanpa melalui babak kualifikasi.

Namun sayangnya, wilayah-wilayah ini gagal memanfaatkan hak istimewa yang diberikan.

Wakil Ketua Umum III Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI), Budiman Setiawan, menyatakan bahwa PON 2024 merupakan langkah awal Indonesia dalam menghadapi Olimpiade 2028 di Los Angeles, Amerika Serikat.

Setelah PON 2024, pihaknya akan segera memilih atlet dayung berpotensi untuk bergabung dengan pusat pelatihan nasional.

Meskipun Olimpiade masih empat tahun lagi, persiapan harus dilakukan lebih awal.

Lebih lanjut, dalam Olimpiade 2028, olahraga dayung akan mencakup dayung pantai sebagai kategori baru yang dipertandingkan.

MEMBACA  Menjaga ekspektasi dari perjanjian pertahanan baru antara Indonesia dan Australia

\”Setelah PON ini, kami akan melakukan pelatihan nasional jangka panjang untuk menyambut Olimpiade 2028,\” ujar Setiawan.

Pelatihan nasional yang dilakukan PB PODSI bertujuan untuk mempersiapkan para dayung untuk SEA Games Thailand 2025, Asian Games Jepang 2026, dan pra-Olimpiade.

Olimpiade 2028 akan menampilkan 15 cabang dayung, terdiri dari 12 kategori dalam dayung klasik dan tiga dalam dayung pantai.

PB PODSI juga akan mengevaluasi secara komprehensif para atlet yang mempersiapkan diri untuk Olimpiade 2028.

Asosiasi tersebut tidak menutup kemungkinan untuk memindahkan atlet dari dayung klasik ke dayung pantai.

Pada PON 2024, DKI Jakarta mendominasi medali dayung pantai. Dari tiga kategori yang dipertandingkan, atlet DKI memenangkan dua kategori.

Lola Hanarina Blegur dari kategori solo wanita pantai (CW1X) dan M. Ikbal dari kategori solo pria pantai (CM1X) memenangkan dua medali emas.

Sesuai dengan Setiawan, Kepala Divisi Kompetisi PB PODSI, Benyamin Franklin Tamaka, menyatakan bahwa PON 2024 merupakan langkah pertama bagi atlet domestik untuk mempersiapkan diri menuju Olimpiade Los Angeles.

\”Para atlet yang berkompetisi di PON bisa dianggap untuk melanjutkan ke pusat pelatihan nasional, serta persiapan untuk Olimpiade 2028,\” ujar Tamaka.

Melihat potensi atlet dayung muda, PB PODSI optimis Indonesia dapat mengirimkan perwakilan ke Olimpiade 2028.

Sebagai negara maritim yang terbiasa dengan air, atlet dayung Indonesia seharusnya memiliki keunggulan tersendiri dalam pelatihan.

Memperhatikan prestasi atlet dayung pantai pada Kejuaraan Dayung Asia dua tahun lalu, PB PODSI meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang bagus untuk masuk ke Olimpiade 2028.

Untuk mewujudkan peluang ini, atlet dayung di Pusat Pelatihan Nasional harus menerima pelatihan tambahan, terutama dalam bidang teknis, fisik, dan ketahanan mental.

MEMBACA  Setelah Jens Raven, 3 Pemain Naturalisasi Akan Bergabung dengan Timnas Indonesia U-19

Mengenai pelatihan mental, atlet dayung mungkin dapat belajar dari Melani Putri, seorang atlet dayung Jawa Barat yang berkompetisi di Olimpiade Tokyo 2020 dan PON 2024.

Beberapa hari sebelum PON 2024, ia kehilangan salah satu orang tuanya. Meski terguncang oleh berita sedih tersebut, ia terbukti sebagai seorang profesional sejati.

Di acara tersebut, ia berhasil meraih tiga medali emas dari dayung untuk Jawa Barat.

Meski sedang berduka, ia juga tidak terbebani oleh statusnya sebagai atlet Olimpiade yang berkompetisi di PON.

\”Saya tidak terlalu terbebani karena saya memiliki tanggung jawab sendiri selama PON ini,” ujarnya.

Atlet Olimpiade lainnya, Mutiara Rahma Putri, yang mewakili Jambi, juga berbagi pandangan yang sama. Ia antusias untuk berpartisipasi dalam PON Aceh-Sumatera Utara.

Ia memberikan kontribusi dua medali emas untuk Jambi dengan pengalaman, latihan, dan disiplin dalam mengelola waktu.

Namun, Mutiara optimis bahwa pemerintah daerah harus lebih proaktif dengan memberikan perhatian khusus dalam mengembangkan para atlet dayung mereka.

Ia dan rekan-rekannya, sejauh ini, hanya mengandalkan perahu yang disiapkan oleh panitia PON 2024. Padahal, selama latihan untuk PON 2024, ia masih menggunakan perahu lama.

Kota Jambi harus memberikan perhatian lebih pada para atlet, terutama untuk perahu dan dayung,\” tegasnya.

Penerjemah: Muhammad Zulfikar, Resinta Sulistiyandari
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2024

Tinggalkan komentar